Pada tanggal 16 April 2011 aku pernah membuat catatan dengan judul “Untuk Para Wanita Cantik” yang isinya begini :
Jika sekarang kecantikanmu dipuja.. kecerdasanmu dikagumi... semua lelaki memberimu perhatian.. ngajak jalan, nonton,dst...seakan dunia ini milikmu... Percayalah 50 tahun lagi akan jadi sangat berbeda.. hanya seorang kakek tua saja yang masih setia untuk mengagumi kecantikanmu...
Tak ada lagi yang peduli padamu seperti saat usiamu dua puluhan... percayalah bahwa kecantikan luar itu sangat tipis.. mungkin hanya sekulit ari.. jika kau tak percaya coba sayat pipimu.. maka mungkin orang tidak akan lagi mengatakanmu cantik... dunia terkadang memang kejam.. tapi memang begitulah...
Maka sebaik – baik kecantikan adalah kecantikan di dalam jiwa.. dalam hati nurani.. dalam pikiranmu... ia tidak akan pudar meskipun waktu telah berjalan 50 tahun. Ia tak akan usang sebagaimana waktu telah mengusangkan kecantikan wajahmu yang dulu dikagumi banyak orang...
Dunia adalah hiasan... dan sebaik – baik hiasannya adalah wanita saleha...
*****
Malam Minggu seperti ini adalah waktu yangg sangat aku sukai. Bagaimana tidak..?? pada malam Minggu aku bisa bebas menikmati waktu, bebas melakukan apapun yang aku suka tanpa terbebani dengan apa yang harus aku lakukan besok pagi, tanpa terbebani berbagai tugas dan deadline. Sebenarnya aku tak pernah menjadikan semua itu sebagai beban, aku justru bersikap easy going dan sangat menikmati seluruh aktifitasku sepanjang minggu, tapi memang manusia pada fitrahnya mencintai kebebasan. Seperti apa yang aku rasakan di malam Minggu seperti ini.
Tentu saja bebas yang aku maksud disini adalah bebas membaca buku apa saja yang aku mau, bebas buka internet sampai larut malam, bebas menulis dan merefleksi kegiatanku selama satu minggu terakhir tanpa dibayang-bayangi tugas – tugas kuliah dan berbagai pekerjaan lain seperti hari – hari biasanya. Jadi jelas bukan bebas dalam pengertian seperti yang biasa dipahami oleh kebanyakan orang. Malam ini aku membuka – buka notes di akun facebook-ku, aku membaca ulang catatanku yang aku kutip di atas. Aku kembali tersadar, betapa istimewanya seorang wanita. Betapa Islam memuliakan para wanita dan betapa beruntungnya para wanita itu dilahirkan sebagai wanita. Dan aku tersenyum simpul, karena menemukan hal menarik yang bisa aku tulis.
*****
Butuh waktu 10 menit untuk merefleksi banyak hal tentang wanita. Aku teringat ibuku, teringat Khadijah, teringat Aisyah, teringat Fatimah, teringat Bu Marwah, dan teringat banyak teman – temanku. Aku berpikir, betapa beruntungnya kami dilahirkan sebagai seorang wanita dalam penghargaan agama Islam yang begitu mulia dan mengagungkan sosok wanita.
Aku bersyukur, dan tak pernah sekalipun aku terbawa dalam psikologi massa dimana para wanita menuntut persamaan hak dengan para lelaki, sedangkan mereka adalah para muslimah yang pada hakekatnya tidak pernah diperkosa hak – haknya oleh Islam. Bagaimana mereka minta hak yang sama dengan lelaki sedangkan Allah telah menciptakan keduanya berbeda dan dengan keistimewaan masing – masing. Tak ada yang lebih baik dan tak ada yang lebih buruk antara keduanya, yang membedakan hanyalah tingkat ketakwaaannya. Apakah para wanita itu mau mengerjakan pekerjaan berat yang dilakoni para lelaki..?? bukankah Allah telah memberi masing – masing mereka sesuatu yang tidak dimiliki yang lainnya?? Jika lelaki memiliki keperkasaan maka wanita memiliki kelembutan. Klop kan..?? sebuah harmoni yang sangat indah dari Tuhan yang maha Indah. Tapi sudahlah, para muslimah ‘cerdas’ itu hanya tidak tahu saja betapa agamannya menjunjung tinggi harkat dan derajat para wanita.
Sebagai wanita yang beradab, tentu saja aku akan berada di garda depan untuk meneriakkan feminisme, kesetaraan gender, emansipasi dan tetek bengeknya jika memang Islam menghinakan para wanita. Jika aku hidup di Barat pada zaman kegelapan dimana mereka menganggap bahwa di dunia hanya ada satu jenis manusia, yaitu lelaki, sedangkan wanita tidak lebih hanyalah golongan binatang yang berbentuk manusia, tentu aku akan berteriak lantang menggembar gemborkan feminisme. Jika aku mengalami, atau menyaksikan bahwa wanita diberangus, disiksa dan dibunuh dengan cara yang tak dapat dinalar oleh manusia waras karena dianggap membawa sial seperti apa yang terjadi pada abad pertengahan di Barat, aku pasti akan jadi agen feminisme yang sangat gigih. Barat sudah melakukan hal yang tepat yang harus mereka lakukan berkaitan dengan peran dan nasib para wanita. Barat memang perlu membangkitkan emansipasi dengan kondisi para wanitanya yang sangat menyedihkan. Dan jika aku hidup dibarat pada masa itupun, aku akan melakukan hal yang sama.
Tapi apa yang terjadi kepada para muslimah yang belum mengerti itu..?? mereka membebek saja dengan buta kepada barat tanpa melihat kepada sejarah kenapa barat harus meneriakkan emansipasi wanita. Wanita di barat mengalami trauma masa lalu yang mengerikan dimana mereka tak dihargai, dianggap pembawa sial, tidak digolongkan ke dalam golongan manusia, dan tidak diperbolehkan untuk belajar apalagi berkiprah. Belajar adalah barang haram bagi para wanita di barat pada masa itu. Melihat pada kenyataan sejarah, seharusnya para muslimah itu tidak latah saja meneriakan emansipasi. Apa yang mau diperjuangkan para wanita Islam dari trauma masa lalu..?? para muslimah sejak kedatangan Islam tidak pernah mengalami trauma masa lalu seperti apa yang dialami oleh para wanita di barat, bahkan Islamlah yang menghapuskan kebiadaban masyarakat Arab jahiliah yang gemar membunuh bayi – bayi wanita karena merasa bahwa bayi – bayi tak berdosa itu hanyalah aib. Para wanita dalam Islam dijunjung tinggi, dihormati, diberi kebebasan untuk belajar dan berkiprah. Rasul saw mengatakan bahwa wanita adalah tiang negara. Rasul saw mengatakan bahwa sorga seorang anak berada di bawah telapak kaki ibunya. Dan rasul mengatakan bahwa sebaik – baik lelaki di antara kamu adalah yang paling baik dalam mempergauli istrinya. Dan masih banyak sekali dalil dalil yang menunjukkan bahwa Islam sangat memuliakan wanita, bukan hanya dalil berbentuk teks semata, tapi juga bukti nyata dari berbagai peristiwa sejarah. Sebagai seorang muslimah beradab, aku cukup menyadari dan merasa malu jika harus berteriak – teriak tentang emansipasi. Emansipasi,ya, cocok bagi para wanita tertindas seperti di barat pada masa kegelapan, tapi tidak bagi para wanita Islam.
Penghargaan apa yang tidak diberikan islam kepada para wanita..?? sudah banyak sekali contoh yang dapat kita saksikan. Lihatlah Khadijah istri Nabi saw yang dengan cemerlang berkreasi dan berkiprah di dunia bisnis dengan hasil yang mengagumkan. Lihatlah Aisyah, seorang intelektual yang dijadikan rujukan banyak orang untuk menanyakan penyelesaian berbagai macam problematika kehidupan, sosok yang menjadi rujukan periwayatan hadist yang sangat terpercaya. Lihatlah para sahabiyah yang cemerlang, mereka adalah para wanita, sama seperti kita. Maka kapankah Islam memperkosa hak para wanita..?? carilah dalam berbagai rujukan baik Al – qur’an, hadist atau apapun. Adakah Islam telah mengebiri hidup para wanita..??
Banyak wanita berkilah bahwa ajaran Islam yang menghalalkan poligami tidak mengakomodir hak para wanita bahkan cenderung merendahkannya. benarkah?? Allah yang maha sempurna membuat hukum yang sempurna juga. Kenapa diperbolehkannya seorang lelaki menikahi empat wanita dianggap sebagai cacat dari ajaran Islam..? apa mereka lupa bahwa sebelum Islam datang menyempurnakan ajaran para nabi sebelumnya, seorang lelaki bisa menikahi puluhan atau bahkan ratusan wanita sekaligus. Kemudian Al – Qur’an turun dengan memperbolehkan seorang lelaki menikahi maksimal empat wanita saja. Tidak lain tujuannya adalah untuk membatasi para lelaki itu sendiri. Untuk lebih mengakomodir hak dan kehormatan para wanita. Al – Qur’an bukan hanya membatasi seorang lelaki dengan empat istri saja, Al-Qur’an dengan lugas juga menyatakan bahwa satu istri itu lebih baik bagi kamu ( para lelaki ). Islam juga membolehkan seorang wanita untuk mengajukan syarat kepada calon suaminya untuk tidak dimadu jika memang ia tidak menghendaki untuk dimadu. Betapa detailnya Islam mengatur hukum berkaitan dengan hak dan kehormatan para wanita. Itu yang harus kita ingat, itu yang harus kita pahami. Jika memang tidak sudi dipoligami, jangan menyombongkan diri dengan mengatakan bahwa Al – Qur’an tidak bijaksana, Al – Qur’an tidak mengakomodir hak – hak wanita, Al – Qur’an cacat, dan julukan jelek lainnya. Karena seorang muslim yang mengatakan hal itu, tidak lain adalah bahwa ia telah mengalami tragedi akidah yang memprihatinkan. Mengatakan Al – Qur’an tidak sempurna tidak berbeda dengan mengingkari Al – Qur’an itu sendiri yang implikasinya akan sangat buruk, yaitu kerusakan akidah. Jika seorang wanita tak mau suaminya melakukan poligami, cukup katakan bahwa aku tidak mau dipoligami karena aku memang tidak sanggup, selesai. Dan itu diperbolehkan, bukannya malah mengkambing hitamkan Al –Qur’an atas kelemahan kita sendiri yang tak siap berbagi dengan wanita lain.
*****
Waktu sudah menunjukkan pukul 22.33, sekali lagi, aku bersyukur..... bersyukur menjadi seorang wanita yang sangat diihargai oleh Allah Tuhan Semesta Alam. Wanita adalah tiang negara, wanita adalah perhiasan dunia – sekalipun juga berpotensi menjadi racun yang paling mematikan. Wanita bisa membawa seorang lelaki ke puncak keberhasilan yang tak terbayangkan tetapi di saat yang sama juga bisa menghancurkan hidup seorang kesatria agung. Wanita adalah sosok yang dibalik kelembutannya, menyimpan energi maha dahsyat yang dapat mengguncang dunia.
Maka, sebagai wanita yang memilih jalan hidup untuk kebenaran dan kebaikan – dan ingin selalu begitu – kita harus mengenali betul potensi dan kelemahan kita, dan kemudian memberdayakan agar semua itu dapat membawa kita – para wanita - pada derajat yang tinggi di hadapan-Nya. Kita harus menyadari bahwa dari rahim para wanita hebatlah lahir para pemimpin besar dunia, para intelektual dan ilmuwan besar yang mewarnai peradaban.
Lihatlah ibu seorang Badiuzzaman An – Nursi, seorang tokoh dan ulama besar dari Turki. Ketika ditanya bagaimana beliau memiliki seorang anak sehebat dan secemerlang Badiuzzaman An – Nursi, beliau menjawab, bahwa saat hamil, beliau tidak akan menginjak tanah kecuali setelah berwudhu, dan saat bayinya lahir, tak sekalipun beliau menyusui sang bayi kecuali dengan berwudhu terlebih dahulu. Maka sang Ibu memetik buahnya, dimana sang buah hati tumbuh menjadi seorang ulama cemerlang yang dikenal dunia.
Lihatlah ibu seorang Quraish Sihab, bagaimana beliau memiliki anak – anak yang luar biasa. Saat beliau ditanya tentang hal ini, beliau mengatakan bahwa dirinya tak pernah sekalipun memarahi, mengumpat, atau membentak anak – anaknya. Saat anak – anak kecil itu bermain – main dan sering menimbulkan kekacauan, di luar kebiasaan beberapa ibu yang mengumpat anaknya saat anaknya berpolah sedikit nakal, Ibu Quraish Sihab justru mendoakannya saat itu juga, saat sang anak sedang beraksi dengan kenakalannya. Itulah para wanita hebat yang melahirkan generasi yang hebat, para generasi terbaik yang ada di muka bumi. hal ini senada dengan apa yang dikatakan Prof. Laode M. Kamaluddin, bahwa jika ada seseorang yang hebat, pada hakekatnya yang paling hebat adalah ibunya, kemudian gurunya, dan kemudian barulah dirinya sendiri. Dari sini cukuplah jelas, menjadi wanita adalah PR besar karena nasib peradaban ini, nasib negara ini, ada – pada hakekatnya – di pundak para wanita.
Dengan semua itu, masihkah mau menjadi wanita yang biasa saja..?? yang tak mau belajar..?? yang tak mau meningkatkan kualitas diri?? yang tidak memahami betapa berharga dirinya..?? yang tak mau mengerti betapa berperannya dirinya bagi hidup dan matinya suatu negara, bagi hidup dan matinya suatu peradaban??. Sudahkan kita pikirkan..? generasi seperti apa yang akan kita lahiran ke muka bumi ini..? apakah generasi terbaik sebagai wakil Allah yang memakmurkan bumi atau sebaliknya, generasi yang membuat kerusakan di muka bumi..? Naudzubillah min dzalik....
Dan akhirnya, mari kita hadapi tugas besar ini, kita songsong kehormatan besar ini dengan memulai segalanya dari diri kita sendiri. Untuk melahirkan generasi terbaik kita harus menjadi generasi terbaik terlebih dahulu. Semoga dari rahim kita nanti akan lahir para rousanfekr, para pemimpin besar peradaban seperti Muhammad Al – Fatih sang penakluk Konstantinopel, seperti umar Bin Abdul Aziz yang sukses membawa rakyatnya ke puncak kesejahteraan, atau seperti para ilmuwan yang alim saleh seperti Imam Al – Gazali, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, imam Abu Hanifah, dan masih banyak yang lainnya. Jangan sampai kita menjadi fitnah di dunia ini, tapi kita harus mewarnainya dengan kebaikan.
Karena apalah yang akan kita banggakan sebagai wanita..?? kecantikan yang akan segera lunturkah..? popularitas di kalangan para lelakikah..?? ahhh semua itu tak akan bertahan lama.. setelah usia kita lewat 30an, mungkin tak akan terlalu menarik lagi... hanya ilmu,kebaikan budi dan kesalehan saja yang mungkin akan tetap bisa kita banggakan sampai akhir nanti.
Wallahua’lam bissawwab...:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar