Jumat, 17 Februari 2012

Demi Masa...

“Demi masa...
Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian
Melainkan yang beriman dan beramal shaleh
Dan saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran”
( QS al – ashr 1-4 )


Saya memulai tulisan ini dengan mencuplik sebuah surat dari Al – qur’an Al - karim tentang waktu. Dalam surat tersebut, Allah bersumpah demi masa (waktu). Hal ini menunjukkan bahwa waktu menempati posisi yang sangat penting dalam Islam. Ini sangat dapat dimengerti, mengingat waktu adalah salah satu aset terpenting yang dimiliki manusia. Waktu memang tidak dapat mendefinisikan dirinya, dia hanya bekerja mengikuti hukum alam ( Sunatullah ) yang ditetapkan Allah SWT sebagai Tuhan seluruh alam semesta. Waktu dapat mengantar manusia pada kesuksesan bila dimanfaatkan dengan sebaik – baiknya. Tapi dapat juga menjerumuskan manusia ke dalam kegagalan dan kehinaan jika tidak dimanfaatkan dengat tepat.

Nabi Muhammad saw bersabda “Barang siapa yang hari ini lebih baim dari kemarin maka dia beruntung. Barang siapa yang hari ini sama dengan kemarin maka dia merugi dan barang siapa yang hari ini lebih buruk dari kemarin maka dia celaka”  hal ini menunjukkan bahwa kita harus memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya dan selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas diri dari waktu ke waktu. Menariknya, sabda Nabi ini terbukti menjadi kunci kesuksesan bagi orang-orang yang mau mengamalkannya dengan sungguh-sungguh.

Saya mengenal seorang pengusaha sukses, Bapak Heppy Trenggono, founder dan CEO Balimuda Group yang saat ini asetnya telah mencapai 4 trilyun.  Ternyata beliau berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja. Beliau membangun bisnisnya dari nol. Saya juga mengenal  seorang Business Coach, Bambang Nugroho, sosok inspiratif yang training-trainingnya luar biasa digemari masyarakat wilayah Jawa Tengah. Sebentar  lagi munkin beliau akan masuk ke wilayah nasional. Ada lagi, Bapak H. Hasan Toha Putra,MBA ketua Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung yang sukses membangun bisnisnya sekaligus sukses mengabdi untuk umat, dan masih banyak sosok lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu dalam tulisan ini. Apa kunci sukses mereka?? Ternyata simpel saja, mereka hanya menjalankan hadist Nabi di atas. Mereka selalu berusaha mendisiplinkan diri untuk selalu menjadi lebih baik dari waktu ke waktu.

Menurut Nabi Muhammad Saw, rata–rata umur manusia akhir zaman adalah 60 tahun (Bisa kurang bisa lebih, Wallahu a’lam). Allah memberikan waktu yang sama kepada setiap manusia yaitu dua puluh empat jam perhari. Tidak ada pengecualian. Lantas apa yang membedakan?? Yang membedakan adalah bagaimana manusia memanfaatkan waktunya. Inilah yang membedakan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain yang kemudian akan membawa implikasi (hasil) yang berbeda pada masing-masing individu.
Seorang ilmuwan muslim yang cemerlang, Imam Al-Ghazali (Semoga Allah memberkahinya atas sumbangan ilmunya yang sangat besar bagi kehidupan) mengatakan bahwa jika rata –rata umur manusia 60 tahun, dan tidur rata- rata delapan jam perhari, maka dalam waktu 60 tahun ia telah tidur selama 20 tahun. Jadi, rata–rata kita menghabiskan 33,33% waktu yang dimiliki untuk tidur. Itu baru yang dialami oleh orang yang rata- rata tidur delapan jam perhari. Bagaimana dengan mereka yang tidur lebih dari delapan jam dalam sehari?? berapa banyak waktu yang hilang?? Lantas, berapa lama  kita terjaga?? Apa saja yang sudah  kita lakukan selama terjaga?? Apakah kita melakukan hal yang bermanfaat atau sebaliknya, waktu yang kita miliki banyak kita habiskan untuk melakukan hal yang sia–sia belaka??. Padalah waktu adalah nikmat yang pastinya nanti akan dimintai pertanggung jawabannya di hadapan  Allah pada hari pembalasan  bersama dengan ilmu, harta, dan nikmat-nikmat lainnya.

Jika direnungkan lebih mendalam, kita memang hidup di era yang telah berkembang begitu pesat yang banyak membawa efek kebaikan bagi kehidupan manusia, tapi tidak sedikit pula membawa dampak buruk. Adanya globalisasi memungkinkan manusia dari berbagai peradaban di dunia saling berinteraksi tanpa batas yang dalam banyak hal menguntungkan, tapi juga sekaligus mengancam aqidah dan akhlak seorang muslim jika tidak dibentengi dengan kuat. Bercampurnya nilai-nilai yang yang tidak sesuai dengan Islam seperti hedonisme, pluralisme, relativisme dan paham-paham lain berpotensi mengaburkan identitas seorang muslim. Maka, sudah saatnya kita buka kembali Al-qur’an yang mungkin sudah teronggok dan berdebu karena jarang disentuh apalagi dikaji. Sudah saatnya kita telaah kembali hadist–hadist Nabi yang penuh hikmah sebagai panduan hidup kita. Bukan hanya dibaca tapi juga ditelaah, direnungkan, dipahami dan diimplementasikan dalam kehidupan walaupun sedikit demi sedikit. Perubahan harus dilakukan meskipun berproses. Ini penting agar kita tidak termasuk golongan orang-orang yang merugi.
Sudah saatnya kita bangun dari tidur panjang dan menyadari bahwa hidup ini terlalu singkat untuk diwarnai dengan hal-hal yang sia-sia.  Sudah saatnya kita memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk memberi manfaat sebanyak–banyaknya pada diri dan orang lain, karena sebaik – baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya. Sehingga, kapanpun Allah memanggil kita untuk kembali keharibaan-Nya, kita dapat tersenyum lega karena telah berbuat sebaik-baiknya di muka bumi.  Karena kita tidak pernah tahu kapan kehidupan ini akan berakhir. Maka, mengingat dan mengimplementasikan  sabda Nabi Muhammad Saw menjadi niscaya. “Berbuatlah untuk duniamu seakan-akan kau akan hidup selamanya, dan berbuatlah untuk akheratmu seakan-akan kau akan mati besok”.

Al – qur’an adalah petunjuk bagi manusia. Nabi Muhammad Saw sebelum wafatnya, mewariskan  dua hal sebagai pegangan manusia yang ingin selamat di dunia dan akherat, yaitu Al-qur’an dan Al-hadist. Surat di awal tulisan ini menerangkan bahwa sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, melainkan orang yang beriman, yaitu orang yang meyakini dan membenarkan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad Saw adalah utusan Allah. Bukan hanya diyakini dalam hati, tapi juga diucapkan dengan lisan dan diimplementasikan dengan perbuatan. Selanjutnya adalah orang yang beramal shaleh, yaitu melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya baik dalam hubungan dengan Allah maupun dalam mu’amalah (pergaulan) dengan manusia dan alam sekitar. Selanjutnya, saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Manusia adalah makhluk lemah yang tak bisa lepas dari kesalahan, maka saling mengingatkan dalam kebenaran akan memberi manfaat yang sangat besar bagi keimanan seseorang, mengingat iman bersifat fluktuatif atau naik turun. Namun demikian, sifat iman yang fluktuatif tersebut jangan dijadikan legitimasi bagi kemalasan kita. Karena jika mau, kita bisa tetap menjaga stabilitasnya. Pak Hud Munawar dalam kuliah Komunikasi dan Dinamika Kelompok mengatakan bahwa Idealnya iman bersifat seperti anak tangga, naik, datar, naik, datar, naik, sehingga selalu menuju ke atas, selalu mengalami peningkatan. Bukan atas, bawah, atas, bawah yang akhirnya tidak ada peningkatan dan cenderung jalan di tempat.

Saling mengingatkan dalam kesabaran juga penting, karena pada hakekatnya hidup di dunia adalah ujian yang sangat berat bagi manusia, dimana setiap amal, sekecil apapun, akan dimintai pertanggung jawaban di hadapan Allah swt. Firman Allah dalam surat al-mulk “Yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji diantara kalian siapa yang paling baik amalnya” adalah petunjuk bahwa manusia menhadapi ujian yang berat dalam kehidupan .
Allah bersumpah demi waktu bahwa kebanyakan manusia berada dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman, beramal shaleh dan saling menasehati  dalam kebenaran dan kesabaran. Hal ini patut kita jadikan patokan dalam hidup agar kita terhindar dari kerugian tersebut.

Tidak pernah ada kata terlambat untuk memperbaiki diri. Marilah kita memulai kehidupan baru yang penuh makna dan manfaat. Kita dapat memulai pelan–pelan dari hal terkecil seperti yang diajarkan Coach Bambang Nugroho dalam Training “How to Reach Your Target” -Manfaatkanlah waktu untuk membaca Al qur’an dan terjemahnya setiap hari agar kita mengerti maksud dari ayat-ayatnya, tidak perlu lama, beberapa ayat yang penting kontinyu. Alokasikan sedikit waktu untuk belajar apa saja dari apa yang kita lihat, dengar dan rasakan. Alokasikan sedikit waktu untuk sekedar menelpon atau sms pesan kebaikan kepada orang-orang yang kita cintai seperti orang tua, anak, istri, suami dan rekan-rekan  untuk menjaga silaturahmi. Lakukan sedekah semampunya setiap hari, membantu sesama, saling mengingatkan dalam kebenaran. Saling mengingatkan dalam kesabaran. Untuk mempermudah upaya perbaikan hidup kita,  Catat perkembangan hidup kita di atas kertas. Hal-hal yang bisa dicatat antara lain perkembangan spiritual, intelektual, ekonomi / keuangan, sosial, dan aspek-aspek penting lainnya.

Semoga usaha kita dapat menolong kita terbebas dari kerugian. Semoga Allah menggolongkan kita termasuk golongan generasi Khaira Ummah, yaitu generasi terbaik yang digambarkan Allah dalam firman -Nya“ Kalian adalah generasi terbaik yang ada untuk manusia. Mengajak pada yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar, dan beriman kepada Allah”.
Tulisan ini saya buat dengan segala keterbatasan. Hanya dengan semangat “Ballighu ‘anni walau ayah”, sampaikanlah dariku walau satu ayat (sabda Nabi saw ). Tujuan utamanya adalah untuk mengingatkan diri sendiri dan semoga memberi manfaat bagi teman-teman yang membacanya.
-Wallahu a’lam bissawwab-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar