Senin, 28 Januari 2013

Pidato Umar Bin Khattab,RA

PIDATO UMAR BIN KHATTAB,RA SETELAH DIBAIAT SEBAGAI KHALIFAH
“Allah tidak melihatku pantas untuk menduduki tempatnya Abu Bakar. Segala puji syukur hanya untuk Allah SWT. Shalawat serta salam untuk Nabi Muhammad SAW. Dan semoga Allah merahmati Abu Bakar As-siddiq. Ia telah melaksanakan amanah yang diembannya. Selalu membimbing umat. Ia telah meninggalkan umat tanpa ada satupun yang menggunjingnya. Kita setelahnya, mengemban tugas yang berat. Kita tidak mendapat kebaikan dari hasil ijtihad kita saat ini kecuali telah ada pada masa sebelum kita. Bagaimanakah kemudian kita bergabung dengannya kelak..?? Kepunyaan Allah-lah semua yang telah diambil. Dan kepunyaan Allah-lah semua yang telah diberikan.

Selasa, 15 Januari 2013

Gerakan "Back to the Real HMI"


HMI KOMISARIAT FTI UNISSULA GALAKKAN GERAKAN
“BACK TO THE REAL HMI”
Oleh : Marlis Herni Afridah
Ketua Umum HMI Komisariat FTI UNISSULA Periode 2012-2013
Bermula dari keterpanggilan untuk memperbaiki proses kaderisasi di HMI yang banyak mengalami degradasi, HMI Komisariat FTI UNISSULA berkomitmen untuk mempelopori dan menggalakkan Gerakan “Back to the Real HMI” di lingkungan HMI Cabang Semarang khususnya, dan di seluruh Indonesia pada umumnya.

Rabu, 09 Januari 2013

Kader HMI dan IPK : Sebuah Polemik

KADER HMI DAN IPK : SEBUAH POLEMIK

 Konon berkembang di kalangan mahasiswa khususnya para aktivis pergerakan, khususnya lagi kader HMI, bahwa IPK tidak penting karena ‘diyakini’ tidak mewakili kemampuan seorang mahasiswa yang sesungguhnya. Statemen yang muncul biasanya seperti  “IPK tidak penting, yang terpenting adalah skill.” Statemen ini dirasionalisasi sedemikian rupa, hingga akhirnya menjadi penyebab dari terjun bebas-nya IPK banyak mahasiswa, terutama yang mengaku dirinya sebagai aktivis pergerakan[1]. Statemen ini meresap kedalam hati dan pikiran, menjadi semacam keyakinan yang kemudian mempengaruhi keputusan dan tindakan seorang mahasiswa, dan secara otomatis membuat IPK mereka terjun bebas betapapun ia sesungguhnya adalah seorang yang cerdas. Semua itu berawal dari cara berpikir yang salah dalam memahami IPK yang di perguruan tinggi –entah apakah kita suka ataupun tidak- diakui sebagai representasi pencapaian akademik seseorang.