Jumat, 17 Februari 2012

Staring for A While @ Satnite

Sebuah catatan untuk mengisi waktu luang di malam Minggu...

Jam menunjukkan pukul 18.42, aku hanya seorang diri di kamar. Aku berpikir, apa yang bisa aku lakukan saat ini...?? baru saja siang tadi aku membaca amanah seorang pendiri Dinasti Turki Ottoman, Utsman kepada anaknya Orkhan sebelum beliau meninggal. Salah satunya amanahnya adalah, "Janganlah engkau menyibukkan diri dengan sesuatu yang tidak diperintahkan oleh Allah". Sedikit demi sedikit aku resapi betul kata-kata itu. Aku masukkan dalam setiap sel dan genetikku, seperti yang diamanahkan Bunda Marwah Daud,Ph.D saat diskusi di kelas Peradaban Islam. Saat itu beliau bercerita tentang pengaruh  buku. Betapa buku bisa sangat mempengaruhi hidup seseorang yang membacanya.


Aku meyakini bahwa membaca buku bukanlah soal sekedar membaca, yang kemudian mengetahui isinya, lalu selesai. Membaca dalam pandanganku haruslah membawa seseorang pada pengertian yang jauh lebih mendalam tentang hidup, tentang hakekat penciptaan dan tujuan hidupnya. Menjadikannya semakin bijaksana, dan pastinya, menjadikannya semakin takut kepada Allah Tuhan Semesta Alam. Semakin banyak seseorang membaca buku, semakin banyak pula hal yang ia ketahui. Maka idealnya, semakin besarlah rasa takutnya kepada Allah, karena ia mendapati bahwa dirinya sangatlah kecil, sedangkan Dia Maha Besar dengan segala ilmu-Nya yang begitu luas.

Jika setelah membaca satu buku tidak bertambah kebijaksanaan hidup seseorang, maka sia-sialah bacaannya. Aku justru khawatir jika apa yang aku ketahui itu justru akan menjadi bumerang bagiku di kemudian hari. Bukankah setiap amal perbuatan kita akan dimintai pertanggung jawaban di hadapan-Nya kelak..?? jika kita berilmu Tuhan akan bertanya "untuk apa ilmumu..??" jika kita bodoh mungkin Tuhan akan bertanya, "Kenapa kau menjadi orang bodoh padahal Aku mewajibkanmu untuk belajar selama di dunia..??".Terlahir sebagai manusia tak akan pernah mudah.

Begitulah manusia, terlahir menjadi manusia artinya - mau tidak mau harus mau, bisa tidak bisa harus bisa - bersiap diri untuk menjalankan tugas kekhalifahan di bumi yang begitu berat. Semakin hari aku semakin menyadarinya, tugas itu begitu berat, dan betapa merugi manusia yang tak kunjung menyadarinya dan dengan santainya justru berbuat kerusakan di bumi ini sesuka hati mereka, seolah-olah mereka tidak akan dimintai pertanggung jawaban.

Aku juga semakin mengerti betapa spesialnya mahluk bernama manusia itu, karena Tuhan percaya untuk mengamanahkan bumi-Nya kepada mereka di banding jutaan jenis mahluk lainnya. Sebuah tantangan yang sangat besar. Mungkin itulah salah satu alasan mengapa Soe Hok Gie mengatakan bahwa "Nasib terbaik adalah tidak pernah dilahirkan". Entahlah, aku tak tahu jalan pikirannya, aku hanya menebak-nebak saja. Hanya sekedar berusaha mencari benang merah antara apa yang ada dalam pikiranku saat ini, dengan pernyataan seorang sosok yang baru aku kenal kemarin sore, lagi-lagi hanya melalui sebuah buku, Soe Hok Gie.. Sekali Lagi... Buku, Pesta dan Cinta di Alam Bangsanya. Sangat menarik.

Malam ini, dalam suasana kamarku yang begitu sepi, aku merefleksi kembali kehidupanku terutama karena tadi siang aku membuka- buka Al qur’an, dan aku membaca terjemahan surat Al-mu’minun ayat 1-11 yang cukup menyingkap kembali kesadaranku. Ayat itu langsung aku salin di kertas binder, dan aku tempel di meja belajarku, aku pikir ini akan menjadi guidance yang efektif, yang bisa aku lihat setiap saat sehingga aku tak akan pernah lupa dan dapat berusaha melakukan - sedikit demi sedikit – poin-poin yang ada di dalamnya. Begini bunyi ayatnya :

Sungguh beruntung orang2 yang beriman. ( yaitu ) orang yang khusyu dalam shalatnya. Dan orang yang menjauhkan diri dari ( perkataan dan perbuatan ) yang tidak berguna. Dan orang yang menunaikan zakat. Dan orang yang memelihara kemaluannya kecuali kepada istri2 mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka tidak tercela. Tetapi barang siapa mencari di balik itu ( zina dan sebagainya ) maka mereka itulah orang2 yang melampaui batas. Dan ( sungguh beruntung ) orang2 yang menjaga amanat dan janjinya. Serta orang yang memelihara shalatnya. Mereka itulah orang yang akan mewarisi, ( yakni ) yang akan mewarisi ( surga ) firdaus, mereka kekal di dalamnya
Al Mu’minun 1-11

Ahhh betapa aku sangat beruntung masih diberi umur, sungguh aku masih sangat jauh dari poin-poin yang ada di dalam ayat-ayat itu. Setidaknya aku bisa berusaha memperbaiki diri setahap demi setahap ke arah sana, yaitu pola kehidupan generasi yang dijanjikan akan mewarisi surga Firdaus dan kekal di dalamnya. Diam-diam aku mengucap Alhamdulillah dalam hati. Aku tak dapat membayangkan, akan jadi apa aku di akherat nanti jika aku mati dulu sebelum menghayati kembali ayat-ayat di atas, sebelum berusaha merealisasikannya.

Pikiranku menerawang begitu jauh, sekali membuka Al-qur’an aku dapatkan pelajaran dan panduan hidup yang sangat berharga, apalagi jika aku baca seluruhnya. Memang tidak sekali dua kali sepanjang umurku aku menghatamkan Al-qur’an, tapi hanya membaca cepat tanpa banyak meresapi maknanya, apalagi jika dalam suasana bulan Ramadhan, aku membacanya begitu cepat, dengan harapan bisa kejar target khatam 2 atau 3 kali dalam satu bulan. Tapi suasana yang aku dapat saat itu sangat jauh berbeda dari apa yang aku rasakan tadi siang saat aku membacanya perhuruf, kata demi kata, berusaha membayangkannya dalam implementasi nyata, meskipun tidak lama. Hanya sebentar.

Aku bolak balik kitab itu lagi, ternyata tebalnya tak sampai 600 halaman, padahal itu sudah dengan terjemahnya pula. Tiba-tiba rasa malu dan bodoh menderaku, belum pernah sekalipun seumur hidup aku menyelesaikan membaca terjemah Al-qur’an ini dengan pemahaman yang mendalam seperti saat aku membaca buku-buku yang lain. Aku tak habis pikir pada diriku sendiri, aku terbiasa menyelesaikan buku2-buku tebal sekitar 800 halaman hanya dalam dua hari di sela-sela kesibukan kuliah dan kegiatan non kuliah lainnya, dan aku dapat menangkap isinya dengan baik. Apalagi jika yang aku baca  novel semacam tulisan Dan Brown yang tebalnya nyaris 900 halaman, tak sampai dua hari aku habis membacanya. Bagaimana mungkin tak pernah sekalipun seumur hidup ini aku selesai sekedar membaca terjemah Al-qur’an yang tak sampai 600 halaman itu..?? belum lagi buku2 tafsirnya yang sangat tebal itu. Ah Allah terima kasih telah membuka lagi satu lapis kesadaran dalam diriku sebelum Kau ambil nyawaku.

Kini aku berusaha mengumpulkan serpihan-serpihan kesadaran itu dalam satu langkah nyata. Ketika aku mulai menggilai dan membaca banyak buku, seharusnya aku lebih intens lagi mempelajari Al-qur’an dan Hadist. Aku sampai pada kesimpulan bahwa membaca dua kitab itulah yang pada hakekatnya wajib, disamping kita mulai membaca yang lain. Bagaimana nanti kita akan mempertanggung jawabkan bacaan2-bacaan kita yang begitu banyak di hadapan Allah sedang kita mengabaikan keduanya – dalam artian tidak terlalu tertarik untuk mempelajarinya. Ketika dalam sekali buka aku mendapatkan pembelajaran hidup yang begitu besar, bagaimana jika aku membaca seluruhnya..?? Subhanallah... ini benar2 bukan perkataan manusia. Tak perlulah aku menjadi seorang sastrawan yang adi luhung macam orang2 Badui tempo dulu untuk dapat sekedar memahami bahwa Al-qur’an itu bukan ciptaan manusia....

Malam minggu ini satu pelajaran penting aku dapatkan kembali. Hidup ini benar-benar bertabur ilmu di segala penjurunya. Pantas saja dikatakan "jika seluruh pohon dijadikan pena, dan seluruh lautan dijadikan tintanya, maka tak akan pernah cukup untuk menuliskan semua ilmu Allah yang begitu luas".

Hal ini kembali mengingatkanku pada amanah seorang sahabat, Ali bin Abi Thalib :

“Wahai anakku ! dunia ini bagaikan samudra tempat banyak ciptaan-ciptaannya yang tenggelam. Maka jelajahilah dunia ini dengan menyebut nama Allah. Jadikan ketakutanmu kepada Allah sebagai kapal2 yang menyelamatkanmu. Kembangkanlah keimanan sebagai layarmu, logika sebagai pendayung kapalmu, ilmu pengetahuan sebagai nahkoda perjalananmu, dan kesabaran sebagai jangkar dalam setiap badai cobaan” 
 
Benar sekali, setelah aku renungkan, memang tepat sekali apa yang disampaikan Ali bin Abi Thalib di atas. Dunia ini bagai samudra, dan banyak sekali manusia yang ditenggelamkan oleh berbagai hal seperti harta, kekuasaaan, lawan jenis, dan bahkan bagi orang-orang yang tidak memiliki ketiganya, boleh jadi tenggelam karena keadaan-keadaan lain. Seakan semuanya menjadi ombak yang siap memerangkap untuk kemudian menenggelamkan orang-orang yang tak memperhatikan panduan-Nya bagi keselamatan hidup. Contoh kecil seorang mahasiswa yang bangga akan kepandaiannya tapi tak kunjung takut kepada Tuhannya, berarti ilmu telah menenggelamkan dirinya. Atau seorang miskin yang terus mengutuki nasib dan tak dapat menyikapi kemiskinannya dengan bijaksana, berarti kemiskinan telah menenggelamkannya. Atau seorang yang silau melihat harta, tahta, dan perhiasan dunia lainnya, berarti semua itu telah menenggelamkan dirinya.

Masih banyak contoh lain dalam kehidupan yang tidak mungkin aku tulis seluruhnya dalam tulisan pendek ini. Maka aku mulai merenungkan amanah Ali tersebut. Rasa takut kepada Allah, keimanan, logika, ilmu pengetahuan, dan kesabaran adalah beberapa entitas yang membentuk satu kesatuan sebagai kapal yang akan menyelamatkan kita dalam penjelajahan hidup yang pendek namun penuh dengan badai cobaan. Hidup ang siap menenggelamkan kita kapan saja jika kita lengah.

Malam minggu ini, detik ini, aku bersyukur atas begitu banyak hal yang aku dapat. Keimanan, kesadaran akan peran dan tujuan hidup, ketakutan, akal, ilmu pengetahuan, kemauan untuk memperbaiki diri, dan begitu banyak nikmat lainnya. Aku begitu jauh dari sempurna, aku sungguh berlumur dosa. Tak sekali dua kali aku lalai dan tidak menaati perintah-Nya, tak jarang aku menyakiti makhluk-Nya. Namun aku tahu maaf-Nya tak pernah habis. Terima kasih dan syukurku pada-Nya atas begitu banyak petunjuk yang bertebaran sehingga orang-orang yang berakal dapat menangkap tanda-tanda kekuasaan-Nya di muka bumi ini.

Allah...
Sungguh kami takut pada-Mu. Kami hanyalah makhluk kecil yang lemah di hadapan kuasa-Mu yang begitu luas. Namun kami juga makhluk yang mencintai Engkau dan rasul-Mu lebih dari apapun. Maka jangan pernah tinggalkan kami. Bimbing kami selalu di jalan yang benar agar kami selamat hingga akhir perjalanan  menuju-Mu...

Amin...:)


"Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun
"
-Al Mulk 1-2-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar