Jumat, 17 Februari 2012

Harga Sebuah Penghargaan :)

Dikisahkan bahwa suatu hari di  ruang kelas IV sebuah SD, ada acara perayaan hari ulang tahun salah seorang guru. Masing-masing anak merayakan dengan antusias. Beberapa mengucapkan selamat, memberi kartu, dan  banyak yang  memberikan hadiah pada sang guru. Namun tak dinyana, seorang murid miskin memberikan bingkisan kecil  kepada gurunya, dan karena ia memberikanya paling akhir, teman-temannya bersorak meminta sang guru untuk membukanya. Buka.... buka... buka... Tujuannya, disamping ingin mengetahui isinya, mereka juga ingin mengejeknya. Maklum, dia berasal dari keluarga biasa-biasa saja yang tidak terpandang.


Sang gurupun dengan senang hati membukanya, dan ternyata isi bingkisan dari si murid miskin adalah parfum yang isinya tinggal setengah dan sebuah kalung yang telah kusam warnanya. Seketika itu juga, sang guru langsung menyemprotkan parfum itu ke bajunya dan memakai kalung tersebut ke lehernya seraya berkata “ terima kasih anakku....” semua anak terdiam, mata si murid miskin berkaca – kaca karena bahagia, gurunya ternyata menerima hadiah darinya dan langsung memakainya saat itu juga. Akhirnya seluruh isi kelas bertepuk tangan untuk si murid miskin dan tidak jadi mengejeknya.
Setelah jam istirahat, si murid miskin menghampiri sang guru dan berterimakasih karena telah menerima hadiah darinya. Saat itu sang guru bertanya kenapa dia memberikan hadiah yang tidak utuh lagi. Dengan nada sedih sang murid menjawab, bahwa dua minggu yang lalu ibunya telah meninggal dunia dan semua hadiah yang dia berikan adalah milik ibunya dulu. Dia sangat senang dapat memberikannya kepada sang guru. Sejak ibunya meninggal, dia juga berencana untuk keluar dari sekolah. Hadiah itu sekaligus sebagai tanda perpisahan. Tapi melihat gurunya yang menerima hadiah itu dengan tulus dan penuh penghargaan, dia berubah pikiran, semangatnya bangkit lagi untuk meneruskan sekolah.

Lima tahun kemudian, sang murid miskin itu mengirimi gurunya sepucuk surat dan berkata “Terima kasih Bu, sekarang saya telah lulus SMP. Semua ini karena ibu menerima bingkisan sederhana sari saya saat kelas IV SD dulu”. Tiga tahun kemudian, sang guru kembali menerima surat darinya dan mengatakan bahwa dia bisa tamat SMA sekarang dan semua itu adalah karena andil gurunya yang dulu tidak menghinanya ketika dia memberikan hadiah yang sangat sederhana itu. Enam  tahun kemudian, sang guru kembali menerima surat berisi foto wisudanya, dan sang murid miskin berkata “ Terima kasih bu, baju toga ini adalah karena ibu mau menerima hadiah ulang tahun dari saya dulu yang memacu semangat saya untuk terus belajar. Jika Allah menghendaki, mohon do’a ibu karena saya akan melanjutkan studi program doktoral ( S3 )".

 ***

Ya, cerita di atas saya dapat dari sebuah buku pencerahan berjudul Fulfilling Life karya Parlindungan Marpaung yang diterbitkan MQ Publishing. Cerita di atas cukup membuat saya tertegun. Betapa sebuah perbuatan kecil dapat mempengaruhi kehidupan seseorang. Hanya karena sang guru mau menerima hadiah tersebut dengan tulus dan penuh penghargaan, dia dapat mengubah alur kehidupan seorang murid yang hampir putus sekolah karena putus asa. Membangkitkan kembali semangatnya bahkan sampai dia akan melanjutkan studi doktoral yang mungkin tidak dapat dicapai semua temannya yang dulu berencana hendak mengejeknya.

Membaca kisah ini saya berpikir,  memberi penghargaan itu gratis dan tidak mengeluarkan biaya sepeserpun. Hanya dibutuhkan kerendahan hati untuk mau tulus mengakui keberadaan orang lain. Namun betapa kita sering lupa, dari lidah kita justru kadang keluar kata–kata sepele yang berpotensi menghancurkan hidup dan masa depan  seseorang.  Padahal kata-kata yang membangun dan penuh penghargaan dapat menjadi kekuatan luar biasa yang dapat mengubah hidup seseorang menjadi jauh lebih baik bahkan sering kali melampaui dugaan kita.

Bruce Barton Mengatakan “Entah baik atau buruk, percakapan anda adalah iklan anda. Setiap kali anda membuka mulut, anda biarkan orang lain melihat anda. Tutuplah mulutmu maka orang lain tidak akan tahu seberapa tidak tahunya kamu. Bukalah mulutmu maka mereka takkan meragukan ketidaktahuanmu” .


Parlindungan Marpaung mengingatkan bahwa kata-kata yang didengar akan masuk ke dalam ingatan jangka pendek (short Term Memory) dan jika terus diulang-ulang akan masuk ke ingatan jangka panjang (long Term Memory). Selanjutnya, jika kata-kata menjadi kebiasaan untuk didengar, akan masuk ke alam bawah sadar dan akan sangat sulit untuk hilang. Maka dari itu kita harus berhati-hati dalam berucap apalagi untuk melecehhkan orang lain, karena hal itu sangat berbahaya dan apabila sering didengar oleh yang bersangkutan akan dapat mengubah sikap dan tingkah lakunya.

Contoh nyata adalah sebagaimana yang sering kita lihat, yaitu orang tua yang sering memaki anaknya ketika anaknya melakukan suatu kesalahan yang sebenarnya sepele dan wajar dilakukan seorang anak kecil. Ironisnya, kadang orang tua memandang anak kecil sebagai orang dewasa, mereka tidak mau mengerti bahwa anaknya tidak lebih dari seorang anak kecil yang tentu saja berbeda darinya yang orang dewasa. Namun mereka menuntut sang anak – bahkan kadang secara berlebihan – untuk bersikap selayaknya orang dewasa. Makian seperti “dasar anak nakal”, “ goblok”, “tidak tau diri”, dan banyak kata–kata lain tidak jarang dilontarkan orang tua kepada anaknya ketika dalam keadaan emosi. Padahal hal itu sesungguhnya sangat berbahaya karena dapat mempengaruhi cara pandang sang anak kepada dirinya sendiri dan juga terhadap orang tuanya. Bisa jadi dia benar–benar akan jadi anak yang nakal, goblok dan tidak tahu diri karena sering menerima input negatif yang memaksa otaknya untuk menerima dan mengkonsep bahwa ia memang anak nakal, bodoh, dan tidak tau diri sehingga hal itu akan berakibat pada tindakannya.

Ini hal sepele tapi perlu diperhatikan setiap orang dalam hubungannya dengan orang lain, apalagi orang tua dengan anaknya yang sesungguhnya sangat mereka cintai. Seorang anak yang dibesarkan dalam penghargaan, senyuman, pujian dan kata – kata yang mendukung akan  tumbuh sebagai individu proaktif yang akan dengan optimis mengeksplorasi potensi dirinya. Kesalahan adalah keniscayaan yang dapat dilakukan setiap orang apalagi seorang anak kecil, kesalahannya pada hakekatnya adalah penguatan dari Allah yang menunjukkan bahwa mereka benar2 anak kecil dan bukan orang dewasa. Cara kita menunjukkan kesalahan orang lainlah yang akan menentukan dan semua ada di tangan kita bagaimana kita akan mengungkapkannya.

Ada sebuah kisah menarik yang perlu kita simak dan kita ambil pelajaran. Ada seorang eksekutif cemerlang yang potensial di sebuah perusahaan di Amerika, namun ia gagal dalam transaksi dan merugikan perusahaan jutaan dolar. Saat sang pemilik perusahaan memanggilnya, ia berkata “Anda pasti memanggil saya untuk meminta saya mengundurkan diri” Namun ternnyata, dengan penuh kebijaksanaan, sang pemilik perusahaan berkata “perusahaan tidak rugi, perusahaan mengeluarkan jutaan dolar untuk mendidikmu” Kata-kata tersebut benar-benar   membawa dampak yang luar biasa bagi sang eksekutif  Kemudian dia benar-benar dapat mencetak prestasi yang sangat menguntungkan perusahaan dalam setiap kinerjanya. Kata-kata memang dapat mengubah hidup seseorang.

Nabi Muhammad saw, sosok agung sepanjang sejarahpun selalu menghargai orang lain bahkan kaum papa sekalipun yang mungkin tidak dipertimbangkan orang lain. Dikisahkan bahwa ada seorang perempuan yang selalu membersihkan masjid meninggal dunia, namun berita kematiannya tidak disampaikan kepada Nabi karena ia dianggap perempuan biasa yang tidak memiliki prestasi apa-apa. Sedangkan Nabi adalah pemimpin besar, pemimpin agama, pemimpin negara, dan sekaligus pemimpin masyarakat yang sangat disegani oleh raja–raja besar di berbagai belahan dunia, yang saya yakin, pengaruhnya jauh melampau pemimpin dunia manapaun dewasa ini. Tapi di mata Nabi, wanita itu mulia dan Nabi sangat menghargainya. Ketika mengetahui berita kematiannya, Nabi minta ditunjukkan kuburannya, lalu men-shalati dan mendoakannya. Bagi Nabi, perempuan itu berharga dengan prestasi nya yang selalu membersihkan masjid. Sebuah sudut pandang manusia agung  karena dapat melihat dan menghargai sebuah hal kecil yang mungkin sepele di mata orang lain.

Contoh–contoh di atas adalah sedikit dari begitu banyak contoh akan pentingnya penghargaan kepada orang lain. Cukuplah bagi kita untuk bermuhasabah, instropeksi diri, menghitung kesalahan diri sendiri untuk kemudian memperbaikinya sebelum amal kita dihitung dihadapan Yang Maha Kuasa untuk kemudian menerima pembalasan.

Rasulullah saw selalu mengingatkan akan bahaya lisan, dan sebagai orang yang beriman, sudah selayaknya kita menjaga diri darinya karena lisan sesungguhnya dapat menjadi fitnah yang mampu menjebloskan seseorang ke dalam api neraka. Lisan sering kali menjadi sumber petaka yang sangat besar bagi kehidupan manusia baik di dunia maupun di akherat. Maka dari itu Nabi saw – teladan seluruh manusia – selalu mengingatkan kita untuk menjaga lisan dan untuk memberikan penghargaan yang tulus kepada orang lain, sekecil apapun kebaikannya di mata kita, sesepele apapun.

Mari mengisi hidup dengan hal yang bermakna.....

-Wallahu a’lam bissawwab-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar