Selasa, 03 April 2012

Limadza Ta'akhoro Al-Muslimun Wa Taqoddama Ghoiruhu

Pesantren Mahasiswa, 20 Oktober 2011
@12:23 WIB

AN OVERVIEW :
LIMADZA TA’AKHORO AL-MUSLIMUN WA TAQODDAMA GHOIRUHU
(MENGAPA UMAT ISLAM MUNDUR DAN UMAT SELAIN MEREKA MAJU)
Karya : Al–Amir Syakieb Arsalan

Oleh : Marlis Herni Afridah

“ Bondho bahu pikir lek perlu sak nyawane pisan”
-KH. Ahmad sahal-

Sebagaimana judulnya, tulisan ini saya buat untuk meng-overview sebuah buku yang menurut saya sangat luar biasa berjudul  Limadza ta’akhoro al muslimun wa taqoddama ghoiruhu buah karya Al–Amir syakieb Arsalan yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia pada tahun 1954 oleh H. Moenawar Chalil.
Penulisan buku ini dilatar belakangi oleh pertanyaan dari seorang Imam Kerajaan Sambas di Borneo (Kalimantan), Syeh Muhammad Basyuni Imraan, yang  mengirimkan surat kepada Al–Amir syakieb Arsalan dengan perantara seorang pemikir dan intelektual besar Islam dari Mesir, Sayyid Muhammad Rosyid Ridho. Surat tersebut menanyakan dua hal yang cukup fundamental berkenaan dengan kondisi umat Islam, antara lain :
1.        Apa sebab–sebab yang menjadikan umat Islam mundur dan terbelakang – terutama di Indonesia dan Malaya – baik dalam urusan duniawinya, maupun urusan agamanya. Umat Islam kini menjadi golongan yang hina dan tidak mempunyai kekuatan di mata dunia, padahal Allah telah berfirman dalam kitab-Nya :
“Dan kemuliaan itu bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang- orang yang beriman”
Lantas dimanakah kemuliaan bagi orang – orang beriman saat ini seperti apa yang difirmankan Allah tersebut?
2.        Apa yang menyebabkan bangsa–bangsa di luar Islam  seperti Amerika, Eropa, dan Jepang dapat mencapai suatu kemajuan yang mengagumkan? Dapatkah  umat Islam dewasa ini  mencapai kemajuan yang sama jika mengikuti langkah–langkah mereka –tanpa harus menafikan ajaran agamanya- atau tidak?
Dua pertanyaan di atas dijawab secara komprehensif oleh Al – Amir Syakieb Arsalan. Beliau menjawab dengan sudut pandang seorang inteletual muslim. Wawasannya yang luas tentang Al-qur’an dan Hadist ditunjang dengan kemampuannya di bidang sejarah, politik, dan isu-isu kontemporer menjadikan argumennya begitu tajam. Buku ini layak diberi label “A must read” terutama bagi mereka yang merindukan kebangkitan Islam. Melalui buku ini, kita dapat kembali mereview dan menata ulang keadaan kita –umat Islam saat ini -  guna menyongsong sebuah cita–cita mulia, yaitu kebangkitan peradaban Islam di masa depan, yang menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Sekilas Tentang Al–Amir Syakieb Arsalan
Al–Amir Syakieb Arsalan adalah seorang politikus Islam yg terkenal di berbagai penjuru dunia Islam. Beliau sekaligus seorang intelektual Islam yang cemerlang. Beliau layak disebut mujahid ulung karena sangat concern dalam membela kepentingan Islam. Al-Amri Syakieb Arsalan juga seorang penulis yang cerdas dan bijaksana. Beliau dapat mempertahankan dan menunjukkan hakekat Islam yang sebenarnya  melalui tulisan-tulisannya yang tajam. Dalam riwayat hidupnya di panggung politik, beliau pernah dibuang oleh Perancis sebagai tahanan politik di Geneve. Namun kemudian diangkat oleh pemerintah Syiria sebagai ketua delegasi Syria di sidang Volkenbond (Liga Bangsa–Bangsa)
*****
Dalam diskusi–diskusi Komunitas Penikmat Buku, Kang Jib (Sapaan akrab untuk Al-ustadz Ahmad Mujib El-Shirazy) sering mengatakan bahwa ada yang terputus antara umat Islam hari ini dengan para pendahulunya di masa keemasan peradaban Islam. Umat Islam pada masa kejayaannya memiliki karakteristik yang sangat jauh berbeda dengan karakteristik  umat Islam pada hari ini. Hari ini terjadi krisis kepribadian  yang sangat memprihatikankan di kalangan umat Islam. Padahal yang akan memenangkan pertarungan dunia adalah dia yang memiliki kepribadian yang kuat sesuai dengan nilai-nilai yang dianutnya. Kuatnya kepribadian umat Islam pada masa lalu telah menyebabkan mereka mampu meraih kejayaan.
Kenyataan di atas hendaknya menjadi bahan renungan segenap umat Islam yang hidup pada hari ini. Kita perlu kembali menelaah, menyambung kembali ikatan yang terputus antara umat Islam hari ini dengan umat Islam terdahulu yang telah mampu mewujudkan kejayaan peradaban Islam. Mereka yang namanya dilukis dengan tinta emas sejarah. Tugas kita adalah membangun kembali karakteristik umat terbaik –khaira ummah- sebagaimana yang diidealkan dalam Al–qur’an sehingga kemunduran umat Islam dapat diakhiri dan kejayaan dapat kita songsong di masa depan.
Muhammad Abduh, sebagai wujud keprihatinannya terhadap keadaan umat Islam hari ini yang terbelakang, pernah mengatakan bahwa apa yang kita namakan di sekeliling kita saat ini sebenarnya bukanlah Islam. Amal–amal kewajiban Islam yang masih terpelihara hingga hari ini hanyalah shalat, puasa, dan haji yang bersifat ritual belaka. Padahal Islam bukan sekedar itu. Islam harus terwujud dalam bentuk usaha nyata yang sungguh–sungguh untuk mencapai kemajuan. Beliau menyatakan, “sesungguhnya jika untuk mencapai kemuliaan itu hanya diperlukan shalat, puasa dan haji niscaya Nabi Muhammad saw dan para leluhur kita dahulu tidak perlu pergi berperang, niscaya mereka tidak harus mengorbankan harta benda dan nyawanya untuk membela agama Islam”.
Umat islam hari ini –masih menurut Abduh– juga telah banyak tercampur dengan perbuatan bid’ah, takhayul dan khurofat yang membawa pada kejumudan (kebekuan) dan berakibat pada mandegnya pemikiran dan perkembangan ilmu pengetahuan. Akibatnya, tumbuh dengan subur berbagai benih kemalasan, kehinaan dan kerendahan budi yang membawa umat Islam hari ini semakin jauh dari akar yang membuatnya bersinar terang seribu tahun yang lalu. Sekali keburukan inilah yang kemudian menimbulkan citra buruk Islam di kalangan orang–orang non-Islam. Karena kemuliaan dan kebesaran Islam tertutup oleh perbuatan dan tingkah laku umat Islam itu sendiri “Al-Islam Mahjubun bi Al-Muslimin”. Yaitu oleh mereka yang tidak benar–benar mengerti hakekat agamanya dan justru membuat kerusakan di muka bumi. Hal–hal buruk ini - menurut Al-Amir Syakieb Arsalan- dipandang sebagai akar yang menimbulkan kemunduran umat Islam.
Al–Amir Syakieb Arsalan dengan tegas menyatakan bahwa penyebab kemunduran umat Islam semata–mata bukanlah dipicu oleh bangkitnya peradaban lain di luar Islam, tapi lebih karena penyakit yang ada di dalam tubuh umat Islam itu sendiri. Peradaban Islam pada masa kejayaannya memang memiliki karakteristik yang membuat mereka layak untuk berjaya. Karakteristik itu  antara lain : Iman dan taqwa, teguh dengan identitas dan nilai-nilai sendiri, taat pada pemimpin, pemberani, rela berkorban, dan mencintai ilmu pengetahuan. Karakteristik tersebut menjadikan mereka dapat melahirkan peradaban yang maju dan memimpin di dunia. Mereka adalah orang–orang yang tidak takut mati, tidak cintai dunia tetapi hanya mengharap ridho Allah semata dalam setiap langkah kaki dan usahanya. Dengan tidak adanya wahm (sikap cinta dunia dan takut mati) di dada umat Islam terdahulu, jadilah mereka memiliki keberanian yang luar biasa untuk berjuang di jalan Allah.
Umat Islam pada masa kejayaan peradaban Islam bukanlah orang–orang pengecut yang memerangi saudaranya sendiri demi kekuasaan belaka. Mereka tidak  menjilat musuh demi kepentingan pribadi sebagaimana yang banyak terjadi dalam pentas perpolitikan dewasa ini. Mereka teguh pada akidahnya, bangga dengan identitas keislamannya dan pengasih kepada sesama manusia. Karakteristik semacam ini menjadikan mereka layak untuk menjadi penguasa di muka bumi.
Al–Amir Syakieb Arsalan secara rinci menjelaskan bahwa sebab–sebab mundurnya umat Islam hari ini –tak lain tak bukan– adalah karena mereka telah kehilangan sebab–sebab yang menimbulkan kemajuan dan kejayaan bagi umat Islam terdahulu. Maka menurutnya, janganlah kita menagih janji Allah untuk menjadikan kita berkuasa di muka bumi sebagaimana firmannya, sedangkan kita tidak menunjukkan kualitas yang layak untuk itu. Pantaskah jika Allah memberi kejayaan pada umat yang jumud dan pemalas? Hal ini jelas menyalahi sunatullah itu sendiri.
Allah hanya akan memberikan karunia sesuai dengan kadar usaha hamba-Nya. Cita–cita untuk menjadi umat yang terdepan dan memimpin dalam naungan peradaban Islam adalah  harga yang harus dibayar mahal. Dengan segenap daya dan upaya “bondho bahu pikir lek perlu saknyawane pisan”.  Kita harus kembali pada jati diri kita sebagai muslim yang sejati. Kembali pada hakekat Islam yang dibuktikan  dengan kualitas umat Islam yang rela berjuang. Tanpa kesiapan untuk berkorban, maka cita-cita kemajuan umat Islam hanya akan menjadi mimpi di siang bolong.
Umat Islam saat ini mengalami kemunduran akbibat merebaknya kebejatan moral, kerusakan budi, dan ketidak-relaan untuk mengorbankan harta dan bendanya untuk agama. Bandingkan karakteristik umat Islam hari ini dengan umat–umat di luar Islam seperti Katolik, Protestan, Yahudi, dll. Umat Kristen misalnya, menyumbangkan paling sedikit 10% dari seluruh hartanya untuk keberlangsungan agamanya. Umat Yahudi pun melakukan hal yang sama.  Tapi apa yang terjadi dengan umat Islam?? Saat umat Islam di Palestina mengalami peperangan yang hebat guna mempertahankan tanah airnya, umat Islam di berbagai penjuru dunia hanya menyumbangkan sangat sedikit, sungguh terlampau sedikit. Besar sumbangan umat Islam kepada Palestina tidak sesuai dengan jumlah umat Islam yang banyaknya sepertiga penduduk dunia. Umat Islam hari ini mengalami krisis semangat pengorbanan. Takut untuk mengorbankan harta dan bendanya untuk agama, apalagi nyawanya.
Tidak kalah penting dari penyebab-penyebab kemunduran Islam yang telah diulas di atas adalah datangnya para ulama yang berperangai suka mendekati para penguasa demi mendapatkan simpatiknya. Demi keuntungan pribadi. Akibatnya, para ulama  penjilat itu membenarkan tindakan penguasa yang sejatinya salah dan menyengsarakan rakyat. Padahal Islam telah memerintahkan para ulama untuk berani menegur para penguasa yang lalim. “Sebaik-baik jihad adalah mengatakan yang haq di hadapan seorang penguasa yang batil” . Lebih ironis lagi, tidak sedikit ulama yang menjadikan ilmu pengetahuan sebagai mata pencaharian, menjadikan agama sebagai penangkap keduniaan dan mengeluarkan fatwa–fatwa yang merusak agama demi melegitimasi perbuatan bobrok para penguasa. Mereka menipu rakyat dengan jubah  dan sorban keagamaannya yang berwibawa sehingga rakyat menyangka fatwanya itu benar dan sesuai dengan syariah. Ulama semacam ini adalah pemicu terbesar dari kemunduran peradaban Islam.
Sikap penakut dan pengecut umat Islam dewasa ini menjadi penyebab kemunduran Islam yang luar biasa. Mereka minder dengan identitasnya sendiri, menggadaikan jati dirinya, dan membebek pada jati diri peradaban lain. Padahal peradaban–peradaban yang maju -baik hari ini maupun di masa lampau- tidak lain adalah peradaban yang teguh pada identitasnya masing–masing. Jumlah umat Islam hari sangat banyak di seluruh penjuru dunia, tapi mereka ‘kosong’. Jumlah banyak itu tak dapat diandalkan karena tidak diimbangi dengan kualitas. Mereka seperti buih di lautan yang selalu dihempas ombak kesana kemari.
Al–Amir syakieb Arsalan menganalisis bahwa ada dua jenis manusia yang sangat berbahaya dan dapat membinasakan Islam, yaitu orang yang ingkar (Jahid) dan orang yang beku/kolot (Jamid). Orang jahid mengingkari panduan Islam dan menganggapnya tidak lagi relevan dengan keadaan zaman. Mereka hendak meng-Eropakan Islam dan mengubah tradisi keislaman. Ini terjadi karena mereka merasa minder dengan agamanya sendiri. Dan pangkal dari keminderan itu adalah   kebodohan akan pengetahuan keislaman.
Tapi yang lebih buruk adalah orang–orang yang jamid, mereka memberi kesempatan orang lain untuk memerangi Islam dengan legitimasi kejumudan itu sendiri. Mereka menjadikan Islam sebagai agama akherat saja dan tidak mengurus urusan dunia padahal Islam adalah agama dunia dan akherat. Mereka terang–terangan memerangi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan keduniaan seperti ilmu hitung, alam, filsafat dll dengan alasan bahwa ilmu–ilmu itu bukan berasal dari Islam. Sungguh tidak ada dikotomi antar ilmu dalam Islam, semuanya ilmu Allah. Saling melengkapi satu sama lain untuk mewujudkan kehidupan yang sempurna. Mereka tidak menyadari bahwa sejatinya mereka sedang mengusahakan kehancuran bagi agamanya. Jika keadaan buruk menimpa mereka, mereka hanya mengatakan bahwa itu adalah takdir Allah. Sikap–sikap orang jamid inilah yang pada akhirnya memicu munculnya orang–orang jahid, yaitu orang yang ingkar, tidak puas dan malu dengan keislamannya. Kejumudan adalah pangkal kehancuran.
*******
Umat Islam akan bangkit  mencapai kemajuan dan naik ke tingkat yang lebih tinggi dan mulia  sebagaimana yang dicapai bangsa lain saat ini jika mereka sungguh– sungguh berjuang dengan segenap harta benda, pikiran, tenaga, dan jiwa mereka sebagaimana yang diperintahkan Allah dalam Al–qur’an. Umat Islam harus kembali pada kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, sebagaimana kepribadian para pendahulunya pada masa keemasan peradaban Islam, menyambung kembali yang terputus di antara keduanya.
Umat Islam hanya dapat mencapai kemajuan jika mereka bekerja keras dengan mengerjakan apa–apa yang diperintahkan Allah, sebagaimana bangsa Eropa, Jepang, dan Amerika juta berjaya dengan spirit agamannya masing–masing. Yang tidak kita miliki saat ini adalah keteguhan iman, ilmu pengetahuan dan amal perbuatan. Al–Amir syakieb Arsalan mengajak umat Islam untuk memusnahkan debu keputus asaan, rasa hina dan rendah diri dalam hati kita untuk kemudian bangkit dan mencapai apa yang telah kita cita–citakan bersama, yaitu kebangkitan peradaban Islam di masa depan.

Wallahua’lam Bissawwab.....:)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar