Pesantren Mahasiswa, 20
Oktober 2011
@12:23 WIB
AN OVERVIEW :
LIMADZA
TA’AKHORO AL-MUSLIMUN WA TAQODDAMA GHOIRUHU
(MENGAPA UMAT ISLAM MUNDUR
DAN UMAT SELAIN MEREKA MAJU)
Karya : Al–Amir Syakieb Arsalan
Oleh
: Marlis Herni Afridah
“
Bondho bahu pikir lek perlu sak nyawane pisan”
-KH.
Ahmad sahal-
Sebagaimana
judulnya, tulisan ini saya buat untuk meng-overview sebuah buku yang menurut saya
sangat luar biasa berjudul Limadza ta’akhoro al muslimun wa taqoddama
ghoiruhu buah karya Al–Amir syakieb Arsalan yang diterjemahkan ke dalam Bahasa
Indonesia pada tahun 1954 oleh H. Moenawar Chalil.
Penulisan
buku ini dilatar belakangi oleh pertanyaan dari seorang Imam Kerajaan Sambas di
Borneo (Kalimantan), Syeh Muhammad Basyuni Imraan, yang mengirimkan surat kepada Al–Amir syakieb
Arsalan dengan perantara seorang pemikir dan intelektual besar Islam dari Mesir,
Sayyid Muhammad Rosyid Ridho. Surat tersebut menanyakan dua hal yang cukup
fundamental berkenaan dengan kondisi umat Islam, antara lain :
1.
Apa sebab–sebab yang menjadikan umat Islam
mundur dan terbelakang – terutama di Indonesia dan Malaya – baik dalam urusan
duniawinya, maupun urusan agamanya. Umat Islam kini menjadi golongan yang hina
dan tidak mempunyai kekuatan di mata dunia, padahal Allah telah berfirman dalam
kitab-Nya :
“Dan
kemuliaan itu bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang- orang yang beriman”
Lantas dimanakah
kemuliaan bagi orang – orang beriman saat ini seperti apa yang difirmankan
Allah tersebut?
2.
Apa yang menyebabkan bangsa–bangsa di
luar Islam seperti Amerika, Eropa, dan
Jepang dapat mencapai suatu kemajuan yang mengagumkan? Dapatkah umat Islam dewasa ini mencapai kemajuan yang sama jika mengikuti
langkah–langkah mereka –tanpa harus menafikan ajaran agamanya- atau tidak?
Dua pertanyaan di atas dijawab secara komprehensif oleh
Al – Amir Syakieb Arsalan. Beliau menjawab dengan sudut pandang seorang
inteletual muslim. Wawasannya yang luas tentang Al-qur’an dan Hadist ditunjang
dengan kemampuannya di bidang sejarah, politik, dan isu-isu kontemporer menjadikan
argumennya begitu tajam. Buku ini layak diberi label “A must read” terutama bagi mereka yang merindukan kebangkitan Islam.
Melalui buku ini, kita dapat kembali mereview dan menata ulang keadaan kita –umat
Islam saat ini - guna menyongsong sebuah
cita–cita mulia, yaitu kebangkitan peradaban Islam di masa depan, yang menjadi
rahmat bagi seluruh alam.
Sekilas Tentang Al–Amir
Syakieb Arsalan
Al–Amir
Syakieb Arsalan adalah seorang politikus Islam yg terkenal di berbagai penjuru
dunia Islam. Beliau sekaligus seorang intelektual Islam yang cemerlang. Beliau
layak disebut mujahid ulung karena sangat concern
dalam membela kepentingan Islam. Al-Amri Syakieb Arsalan juga seorang penulis
yang cerdas dan bijaksana. Beliau dapat mempertahankan dan menunjukkan hakekat
Islam yang sebenarnya melalui tulisan-tulisannya
yang tajam. Dalam riwayat hidupnya di panggung politik, beliau pernah dibuang
oleh Perancis sebagai tahanan politik di Geneve. Namun kemudian diangkat oleh
pemerintah Syiria sebagai ketua delegasi Syria di sidang Volkenbond (Liga
Bangsa–Bangsa)
*****
Dalam
diskusi–diskusi Komunitas Penikmat Buku, Kang Jib (Sapaan akrab untuk Al-ustadz
Ahmad Mujib El-Shirazy) sering mengatakan bahwa ada yang terputus antara umat
Islam hari ini dengan para pendahulunya di masa keemasan peradaban Islam. Umat
Islam pada masa kejayaannya memiliki karakteristik yang sangat jauh berbeda
dengan karakteristik umat Islam pada
hari ini. Hari ini terjadi krisis kepribadian yang sangat memprihatikankan di kalangan umat
Islam. Padahal yang akan memenangkan pertarungan dunia adalah dia yang memiliki
kepribadian yang kuat sesuai dengan nilai-nilai yang dianutnya. Kuatnya
kepribadian umat Islam pada masa lalu telah menyebabkan mereka mampu meraih
kejayaan.
Kenyataan
di atas hendaknya menjadi bahan renungan segenap umat Islam yang hidup pada
hari ini. Kita perlu kembali menelaah, menyambung kembali ikatan yang terputus
antara umat Islam hari ini dengan umat Islam terdahulu yang telah mampu
mewujudkan kejayaan peradaban Islam. Mereka yang namanya dilukis dengan tinta
emas sejarah. Tugas kita adalah membangun kembali karakteristik umat terbaik –khaira ummah- sebagaimana yang
diidealkan dalam Al–qur’an sehingga kemunduran umat Islam dapat diakhiri dan
kejayaan dapat kita songsong di masa depan.
Muhammad
Abduh, sebagai wujud keprihatinannya terhadap keadaan umat Islam hari ini yang
terbelakang, pernah mengatakan bahwa apa
yang kita namakan di sekeliling kita saat ini sebenarnya bukanlah Islam.
Amal–amal kewajiban Islam yang masih terpelihara hingga hari ini hanyalah
shalat, puasa, dan haji yang bersifat ritual belaka. Padahal Islam bukan
sekedar itu. Islam harus terwujud dalam bentuk usaha nyata yang sungguh–sungguh
untuk mencapai kemajuan. Beliau menyatakan, “sesungguhnya jika untuk mencapai kemuliaan itu hanya diperlukan shalat,
puasa dan haji niscaya Nabi Muhammad saw dan para leluhur kita dahulu tidak
perlu pergi berperang, niscaya mereka tidak harus mengorbankan harta benda dan
nyawanya untuk membela agama Islam”.
Umat
islam hari ini –masih menurut Abduh– juga telah banyak tercampur dengan
perbuatan bid’ah, takhayul dan khurofat yang membawa pada kejumudan (kebekuan) dan berakibat pada mandegnya
pemikiran dan perkembangan ilmu pengetahuan. Akibatnya, tumbuh dengan subur
berbagai benih kemalasan, kehinaan dan kerendahan budi yang membawa umat Islam
hari ini semakin jauh dari akar yang membuatnya bersinar terang seribu tahun
yang lalu. Sekali keburukan inilah yang kemudian menimbulkan citra buruk Islam
di kalangan orang–orang non-Islam. Karena kemuliaan dan kebesaran Islam tertutup
oleh perbuatan dan tingkah laku umat Islam itu sendiri “Al-Islam Mahjubun bi Al-Muslimin”. Yaitu oleh mereka yang tidak
benar–benar mengerti hakekat agamanya dan justru membuat kerusakan di muka
bumi. Hal–hal buruk ini - menurut Al-Amir Syakieb Arsalan- dipandang sebagai
akar yang menimbulkan kemunduran umat Islam.
Al–Amir
Syakieb Arsalan dengan tegas menyatakan bahwa penyebab kemunduran umat Islam semata–mata
bukanlah dipicu oleh bangkitnya peradaban lain di luar Islam, tapi lebih karena
penyakit yang ada di dalam tubuh umat Islam itu sendiri. Peradaban Islam pada
masa kejayaannya memang memiliki karakteristik yang membuat mereka layak untuk
berjaya. Karakteristik itu antara lain :
Iman dan taqwa, teguh dengan identitas dan nilai-nilai sendiri, taat pada pemimpin,
pemberani, rela berkorban, dan mencintai ilmu pengetahuan. Karakteristik tersebut
menjadikan mereka dapat melahirkan peradaban yang maju dan memimpin di dunia.
Mereka adalah orang–orang yang tidak takut mati, tidak cintai dunia tetapi
hanya mengharap ridho Allah semata dalam setiap langkah kaki dan usahanya. Dengan
tidak adanya wahm (sikap cinta dunia
dan takut mati) di dada umat Islam terdahulu, jadilah mereka memiliki keberanian
yang luar biasa untuk berjuang di jalan Allah.
Umat
Islam pada masa kejayaan peradaban Islam bukanlah orang–orang pengecut yang
memerangi saudaranya sendiri demi kekuasaan belaka. Mereka tidak menjilat musuh demi kepentingan pribadi
sebagaimana yang banyak terjadi dalam pentas perpolitikan dewasa ini. Mereka teguh
pada akidahnya, bangga dengan identitas keislamannya dan pengasih kepada sesama
manusia. Karakteristik semacam ini menjadikan mereka layak untuk menjadi
penguasa di muka bumi.
Al–Amir
Syakieb Arsalan secara rinci menjelaskan bahwa sebab–sebab mundurnya umat Islam
hari ini –tak lain tak bukan– adalah karena mereka telah kehilangan sebab–sebab
yang menimbulkan kemajuan dan kejayaan bagi umat Islam terdahulu. Maka
menurutnya, janganlah kita menagih janji Allah untuk menjadikan kita berkuasa
di muka bumi sebagaimana firmannya, sedangkan kita tidak menunjukkan kualitas
yang layak untuk itu. Pantaskah jika Allah memberi kejayaan pada umat yang
jumud dan pemalas? Hal ini jelas menyalahi sunatullah
itu sendiri.
Allah
hanya akan memberikan karunia sesuai dengan kadar usaha hamba-Nya. Cita–cita
untuk menjadi umat yang terdepan dan memimpin dalam naungan peradaban Islam
adalah harga yang harus dibayar mahal. Dengan
segenap daya dan upaya “bondho bahu pikir
lek perlu saknyawane pisan”. Kita
harus kembali pada jati diri kita sebagai muslim yang sejati. Kembali pada
hakekat Islam yang dibuktikan dengan kualitas
umat Islam yang rela berjuang. Tanpa kesiapan untuk berkorban, maka cita-cita
kemajuan umat Islam hanya akan menjadi mimpi di siang bolong.
Umat
Islam saat ini mengalami kemunduran akbibat merebaknya kebejatan moral,
kerusakan budi, dan ketidak-relaan untuk mengorbankan harta dan bendanya untuk
agama. Bandingkan karakteristik umat Islam hari ini dengan umat–umat di luar
Islam seperti Katolik, Protestan, Yahudi, dll. Umat Kristen misalnya,
menyumbangkan paling sedikit 10% dari seluruh hartanya untuk keberlangsungan
agamanya. Umat Yahudi pun melakukan hal yang sama. Tapi apa yang terjadi dengan umat Islam?? Saat
umat Islam di Palestina mengalami peperangan yang hebat guna mempertahankan
tanah airnya, umat Islam di berbagai penjuru dunia hanya menyumbangkan sangat
sedikit, sungguh terlampau sedikit. Besar sumbangan umat Islam kepada Palestina
tidak sesuai dengan jumlah umat Islam yang banyaknya sepertiga penduduk dunia. Umat
Islam hari ini mengalami krisis semangat pengorbanan. Takut untuk mengorbankan
harta dan bendanya untuk agama, apalagi nyawanya.
Tidak
kalah penting dari penyebab-penyebab kemunduran Islam yang telah diulas di atas
adalah datangnya para ulama yang berperangai suka mendekati para penguasa demi
mendapatkan simpatiknya. Demi keuntungan pribadi. Akibatnya, para ulama penjilat itu membenarkan tindakan penguasa
yang sejatinya salah dan menyengsarakan rakyat. Padahal Islam telah
memerintahkan para ulama untuk berani menegur para penguasa yang lalim. “Sebaik-baik jihad adalah mengatakan yang
haq di hadapan seorang penguasa yang batil” . Lebih ironis lagi, tidak
sedikit ulama yang menjadikan ilmu pengetahuan sebagai mata pencaharian,
menjadikan agama sebagai penangkap keduniaan dan mengeluarkan fatwa–fatwa yang
merusak agama demi melegitimasi perbuatan bobrok para penguasa. Mereka menipu
rakyat dengan jubah dan sorban
keagamaannya yang berwibawa sehingga rakyat menyangka fatwanya itu benar dan
sesuai dengan syariah. Ulama semacam ini adalah pemicu terbesar dari kemunduran
peradaban Islam.
Sikap
penakut dan pengecut umat Islam dewasa ini menjadi penyebab kemunduran Islam
yang luar biasa. Mereka minder dengan identitasnya sendiri, menggadaikan jati
dirinya, dan membebek pada jati diri peradaban lain. Padahal peradaban–peradaban
yang maju -baik hari ini maupun di masa lampau- tidak lain adalah peradaban
yang teguh pada identitasnya masing–masing. Jumlah umat Islam hari sangat
banyak di seluruh penjuru dunia, tapi mereka ‘kosong’. Jumlah banyak itu tak
dapat diandalkan karena tidak diimbangi dengan kualitas. Mereka seperti buih di
lautan yang selalu dihempas ombak kesana kemari.
Al–Amir
syakieb Arsalan menganalisis bahwa ada dua jenis manusia yang sangat berbahaya
dan dapat membinasakan Islam, yaitu orang yang ingkar (Jahid) dan orang yang beku/kolot
(Jamid). Orang jahid mengingkari panduan Islam dan menganggapnya tidak lagi
relevan dengan keadaan zaman. Mereka hendak meng-Eropakan Islam dan mengubah
tradisi keislaman. Ini terjadi karena mereka merasa minder dengan agamanya
sendiri. Dan pangkal dari keminderan itu adalah kebodohan akan pengetahuan keislaman.
Tapi
yang lebih buruk adalah orang–orang yang jamid, mereka memberi kesempatan orang
lain untuk memerangi Islam dengan legitimasi kejumudan itu sendiri. Mereka
menjadikan Islam sebagai agama akherat saja dan tidak mengurus urusan dunia
padahal Islam adalah agama dunia dan akherat. Mereka terang–terangan memerangi
ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan keduniaan seperti ilmu hitung, alam,
filsafat dll dengan alasan bahwa ilmu–ilmu itu bukan berasal dari Islam.
Sungguh tidak ada dikotomi antar ilmu dalam Islam, semuanya ilmu Allah. Saling melengkapi
satu sama lain untuk mewujudkan kehidupan yang sempurna. Mereka tidak menyadari
bahwa sejatinya mereka sedang mengusahakan kehancuran bagi agamanya. Jika
keadaan buruk menimpa mereka, mereka hanya mengatakan bahwa itu adalah takdir
Allah. Sikap–sikap orang jamid inilah yang pada akhirnya memicu munculnya
orang–orang jahid, yaitu orang yang ingkar, tidak puas dan malu dengan
keislamannya. Kejumudan adalah pangkal kehancuran.
*******
Umat
Islam akan bangkit mencapai kemajuan dan
naik ke tingkat yang lebih tinggi dan mulia
sebagaimana yang dicapai bangsa lain saat ini jika mereka sungguh–
sungguh berjuang dengan segenap harta benda, pikiran, tenaga, dan jiwa mereka
sebagaimana yang diperintahkan Allah dalam Al–qur’an. Umat Islam harus kembali
pada kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, sebagaimana kepribadian para
pendahulunya pada masa keemasan peradaban Islam, menyambung kembali yang
terputus di antara keduanya.
Umat
Islam hanya dapat mencapai kemajuan jika mereka bekerja keras dengan mengerjakan
apa–apa yang diperintahkan Allah, sebagaimana bangsa Eropa, Jepang, dan Amerika
juta berjaya dengan spirit agamannya masing–masing. Yang tidak kita miliki saat
ini adalah keteguhan iman, ilmu pengetahuan dan amal perbuatan. Al–Amir syakieb
Arsalan mengajak umat Islam untuk memusnahkan debu keputus asaan, rasa hina dan
rendah diri dalam hati kita untuk kemudian bangkit dan mencapai apa yang telah
kita cita–citakan bersama, yaitu kebangkitan peradaban Islam di masa depan.
Wallahua’lam
Bissawwab.....:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar