SIGNIFIKANSI TRADISI KEILMUAN
DALAM PERADABAN ISLAM
Oleh : Marlis Herni Afridah
Oleh : Marlis Herni Afridah
“Peradaban Islam adalah peradaban
ilmu” Terang Hamid Fahmi Zarkasyi, Direktur Institute for
Study of Islamic Thought and Civilization ( ISTAC) di Jakarta dalam
wawancaranya dengan Republika.
Beliau menjelaskan bahwa substansi peradaban Islam ibarat pohon (syajarah) yang akarnya tertanam kuat di
bumi, dahan-dahannya menjulang tinggi ke langit, dan memberi rahmat bagi alam
semesta (Lihat Al-qur’an Surah Ibrahim 24-25). Akar itu adalah teologi Islam
(tauhid) yang berdimensi epistemologis.
Karena faktor ilmu yang bersumber dari konsep-konsep dalam Al-qur’an,
peradaban pun berkembang. Dari pemahaman terhadap Alqur’an, lahirlah tradisi
intelektual Islam. Dari tradisi yang membentuk komunitas itu, lahirlah
konsep-konsep keilmuan dan akhirnya disiplin keilmuan Islam. Dari ilmu,
lahirlah sistem sosial, politik, ekonomi, dan budaya Islam. Itulah peradaban
Islam. Jadi, peradaban Islam adalah
peradaban ilmu.
Ilmu sebagai dasar
peradaban
Bicara
tentang peradaban tak lepas dari bicara
tentang unsur–unsur pembentuk peradaban. Ilmu adalah bagian dari peradaban –peradaban
manapun- bahkan merupakan dasar dari suatu peradaban. Tanpa ilmu, tidak akan
ada peradaban yang lahir. Seperti peradaban Islam yang lahir dari tradisi
keilmuan Islam yang bersumber dari Al–qur’an dan Hadist yang menjadi pedoman
pokok.
Ilmu
memegang peranan yang sangat fundamental dalam proses pembentukan suatu
peradaban. Begitu pentingnya masalah ilmu ini, buku-buku klasik Islam -semacam
kitab-kitab hadist seperti Sahih Bukhari atau Sahih
Muslim atau kitab klasik Ihya Ulumuddin karangan Al Ghazali- memulai awal bab-nya mengenai ilmu. Peran
penting ilmu ini bahkan diungkapkan oleh Imam Bukhari.
Untuk
mengilustrasikan pentingnya ilmu dapat dikutip kata–kata bijak Imam Al–Ghazali.
Beliau mengatakan “Orang-orang yang selalu belajar akan sangat dihormati dan
semua kekuatan yang tidak dilandasi pengetahuan akan runtuh.”
Seorang
ulama kontemporer, Yusuf Qadrawi,
juga mengungkapkan bahwa ilmu merupakan pembuka jalan bagi kehidupan spiritual
yang terbimbing. Ilmu merupakan petunjuk
iman, penuntun amal, ilmu juga yang membimbing keyakinan dan cinta. Dalam
risalahnya mengenai prioritas masa depan gerakan Islam, beliau menempatkan sisi
intelektual dan ilmu pengetahuan sebagai prioritas.
Konsep ilmu
memiliki pengaruh yang sangat besar dalam tubuh peradaban dan menjadi ruh dari
peradaban Islam. Kejayaan peradaban Islam dalam sejarah klasiknya bahkan
diidentikkan dengan kejayaan ilmu pengetahuan.
Prof Wan Moh. Nor Wan Daud pernah mengungkapkan bahwa pencapaian-pencapaian peradaban Islam dahulu amat sangat terkait dengan adanya tradisi ilmu di dalamnya, dan hal ini sudah tercatat dalam sejarah. Dari perspektif sejarah terbukti bahwa sebuah bangsa yang kuat tetapi tidak ditunjang oleh tradisi ilmu yang baik, akan mengadopsi ciri dan kekhasan bangsa yang ditaklukkannya tetapi memiliki tradisi ilmu yang baik. Contoh kongkret dari pernyataan ini adalah bangsa Tartar (Mongol) yang mengobrak-abrik peradaban Islam di Baghdad dahulu kala tetapi justru terislamisasikan.
Prof Wan Moh. Nor Wan Daud pernah mengungkapkan bahwa pencapaian-pencapaian peradaban Islam dahulu amat sangat terkait dengan adanya tradisi ilmu di dalamnya, dan hal ini sudah tercatat dalam sejarah. Dari perspektif sejarah terbukti bahwa sebuah bangsa yang kuat tetapi tidak ditunjang oleh tradisi ilmu yang baik, akan mengadopsi ciri dan kekhasan bangsa yang ditaklukkannya tetapi memiliki tradisi ilmu yang baik. Contoh kongkret dari pernyataan ini adalah bangsa Tartar (Mongol) yang mengobrak-abrik peradaban Islam di Baghdad dahulu kala tetapi justru terislamisasikan.
Bagaimana
wujud tradisi ilmu ini bisa dicirikan dengan terwujudnya masyarakat yang
melibatkan diri dalam kegiatan keilmuan, ilmu merupakan keutamaan tertinggi
dalam sistem nilai pribadi dan masyarakat. Munculnya penemuan-penemuan
saintifik atau kemajuan teknologi di dunia Islam pada masa silam tidaklah terbayangkan
tanpa adanya tradisi ilmu yang menggerakkannya, karena pencapaian-pencapaian
itu adalah manifestasi dari tradisi ilmu itu sendiri yang ada pada saat itu.
Dari ulasan
di atas, jelaslah bahwa ilmu adalah dasar atau landasan yang fundamental bagi
pembentukan sebuah peradaban dan tradisi ilmu dalam masyarakat tertentu menentukan
bagaimana peradaban dalam masyarakat tersebut.
Sumber Ilmu dalam Islam
Sumber
ilmu dalam Islam adalah Al–qur’an dan Hadist. Dimana setiap ilmu dikembangkan
sedemikian rupa dan tidak boleh bertentangan dengan dua pedoman tersebut - Al–qur’an
dan hadist- baik dalam wujud, tujuan maupun implementasinya.
Tradisi Intelektual /
Keilmuan Islam
Berdasarkan
sumber ilmu dalam Islam –Al-qur’an dan Hadist– lahirlah tradisi keilmuan dalam
Islam meliputi fiqh, kalam/tauhid, tasawuf bahkan filsafat. Dari tradisi ini
lahirlah konsep–konsep ilmu seperti kedokteran, fisika, biologi, astronomi, militer,
ekonomi, politik dll. Bagaimana kolerasi antara fiqh, kalam, tasawuf dan
filsafat dengan ilmu–ilmu seperti kedokteran, fisika, biologi, dll adalah wujud
keunggulan dalam tradisi keilmuan Islam.
Para ilmuwan kedokteran, fisika, biologi, dll merupakan para ahli fiqh, ahli kalam, failasuf bahkan sufi yang sangat tunduk dan taat pada Allah dengan segala perintah dan larangan-Nya. Hal ini yang sangat terlihat berbeda dengan para ilmuwan yang banyak kita temui dewasa ini yang lahir dari tradisi keilmuan barat sekuler (saya menyebut barat sekuler –bukan barat saja- untuk menunjukkan bahwa saya tidak mengeneralisir barat yang akan menimbulkan kesan seakan–akan anti dengan semua yang berbau barat) yang mendikotomi antara ilmu dengan agama seolah–olah keduanya sangat terpisah jauh dan tidak ada kaitan satu sama lain.
Para ilmuwan kedokteran, fisika, biologi, dll merupakan para ahli fiqh, ahli kalam, failasuf bahkan sufi yang sangat tunduk dan taat pada Allah dengan segala perintah dan larangan-Nya. Hal ini yang sangat terlihat berbeda dengan para ilmuwan yang banyak kita temui dewasa ini yang lahir dari tradisi keilmuan barat sekuler (saya menyebut barat sekuler –bukan barat saja- untuk menunjukkan bahwa saya tidak mengeneralisir barat yang akan menimbulkan kesan seakan–akan anti dengan semua yang berbau barat) yang mendikotomi antara ilmu dengan agama seolah–olah keduanya sangat terpisah jauh dan tidak ada kaitan satu sama lain.
Tradisi
keilmuan Islam tersebut melahirkan peradaban Islam yang menawarkan pencerahan
bagi kehidupan karena nilai–nilai yang dibawa dengan berlandaskan Al- qur’an
dan Hadist Nabi dengan misi rahmatan lil
alamin. Dengan tradisi keilmuan Islam yang luar biasa hebat pada masa silam,
maka Islam berjaya selama tujuh abad lebih. Dengan tradisi keilmuan Islam, daulah Islam dapat menguasai dan
mencerahkan Eropa yang dulunya miskin dan berada dalam masa kegelapan (dark ages) dan membawanya menuju peradaban
yang maju, masa pencerahan (the age of
enlightenment).
Jika
diamati, terdapat satu kekhasan dalam tradisi keilmuan Islam pada masa silam
yang dikembangkan ilmuwan–ilmuwan muslim, yang justru membawa kejayaan bagi
tradisi keilmuan dan peradaban Islam pada saat itu, yang tidak dimiliki peradaban
lain seperti Barat misalnya.yaitu adanya unsur – unsur berikut :
Ø Kerendahhatian
Contoh :
Al-Haytsam
dalam karyanya Optics, mengakui bahwa pengetahuannya
terbatas dan mungkin ada kesalahan dlm karyanya.
Hal
ini menunjukkan Kerendahhatian
yang
merupakan tonggak dasar dalam tradisi keilmuan Islam.
Ø Pengakuan akan keterbatasan metode ilmiah
Contoh :
Al-Biruni mengingatkan pembaca akan keterbatasan metodenya. Mengakui
banyak metode dalam sains, baik nalar, eksperimen, dan intuisi. Berbeda
dengan gagasan ilmuwan barat seperti Bacon yang hanya terpaku pada empirisme
dan rasionalisme.
Ø Penghargaan terhadap subjek yg diamati, alam,dll
Para ilmuwan muslim menghargai subjek–subjek yang
diamati dengan landasan bahwa itu semua adalah tanda–tanda kebesaran Allah yang
justru membuat mereka semakin tunduk dan taat pada Allah dengan ilmu yang
dimilikinya.
Tujuan Ilmu dalam Islam
Islam
memandang bahwa ilmu adalah alat untuk mendapatkan pengetahuan tentang Allah, keridhoan, dan kedekatan
kepada-Nya. Itulah mengapa ilmu menjadi sangat
signifikan dan fundamental dalam Islam. Bahkan menuntut ilmu dihukumi wajib
bagi setiap muslim. Hal ini banyak diterangkan dalam Al–qur’an maupun Hadist
yang menjelaskan pentingnya ilmu dan keutamaan orang–orang yang berilmu di
hadapan Allah. Peran ilmu idealnya dapat menolong
manusia dalam
perjalanannya menuju Allah. Dengan ilmu,
seorang muslim
seharusnya dapat ber-taqarrub kepada Allah, di antaranya meliputi :
1.
Meningkatkan
pengetahuan tentang Allah
2.
Dapat dengan efektif membantu pengembangan masyarakat
Islam mencapai tujuan - tujuannya.
3.
Dapat membimbing orang lain
4.
Dapat memecahkan berbagai problem masyarakat
Selayaknya
manusia terdidik harus menyadari dari mana asal ilmunya dan menggunakannya
untuk mencapai ridho Allah. Untuk
semakin tunduk pada Allah dengan segala perintah dan larangan–Nya. Berbeda
dengan tujuan ilmu di Barat yang berkembang dewasa ini dengan Empirisme dan
rasionalismenya, ilmu untuk ilmu, ilmu untuk materi, ilmu untuk kekuasaan, dsb.
Dalam Islam, ilmu untuk diamalkan, untuk beribadah kepada sumber pemberi ilmu.
Seperti yang dikatakan Prof. Laode M. Kamaluddin, selaku Rektor unissula, dalam
diskusi peradaban yang rutin dilaksanakan tiap selasa sore bahwa semua ilmu berasal dari Allah. Maka ilmu
itu harus menjadi sarana untuk beribadah kepada Allah.
Ilmu harus
dapat mewujudkan pencerahan bagi kehidupan seperti yang telah diwujudkan
peradaban Islam di masa kejayaannya yang mencerahkan dunia sebagaimana visinya
yaitu rahmatan lil ‘alamin. Hal ini
mutlak dan harus dapat terwujud sebagai implementasi dari tujuan ilmu dalam
Islam itu sendiri.
Penutup
Ilmu
adalah asas dari sebuah peradaban. Tradisi keilmuan di dunia Islam pada masa
silam ternyata telah terbukti dapat membawa kejayaan bagi peradaban Islam yang
mampu mewujudkan kesejahteraan bagi kehidupan pada masanya yang sangat sesuai
dengan misi Islam itu sendiri yaitu rahmatan
lil ‘alamin. Namun demikian telah kita ketahui bersama bahwa Peradaban Islam
telah mengalami kemunduran sejak lama dan hal ini tidak lain karena kemunduran
ilmu pengetahuan di dalam tubuh umat Islam itu sendiri.
Jika
ditarik benang merah antara sejarah peradaban Islam yang dulu pernah berjaya
dengan kondisi Islam di era kontemporer dewasa ini, tentu saja ada harapan
besar peradaban Islam dapat berjaya kembali, sebuah peradaban yang memimpin
dunia dengan nilai–nilai luhur sesuai Al–qur’an dan Hadist yang menciptakan
kesejahteraan bagi seluruh umat manusia. Untuk merealisasikannya dibutuhkan pengorbanan
luar biasa dari seluruh elemen umat Islam. Lalu, Bagaimana caranya
agar umat Islam hari ini dapat mengembalikan kejayaan itu?
Kejayaan peradaban Islam dapat dikembalikan dengan menghidupkan lagi
tradisi intelektual dan keilmuan Islam yang sekarang tampak meredup. Dikatakan
meredup karena karya-karya Muslim belum mencapai tingkat produktivitas dan
kualitas yang tinggi dan yang dapat dimanfaatkan seluas-luasnya oleh peradaban
lain. Tradisi intelektual dan keilmuan Islam yang kuat akan menghasilkan
konsep-konsep yang kuat pula. Kuat landasan teorinya dan kuat metodologinya.
Cendekiawan Muslim tidak dapat melakukan hal itu, kecuali menguasai ilmu pengetahuan Islam dan juga ilmu pengetahuan asing, baik dari Barat, China, Jepang maupun yang lainnya. Namun, penguasaan ilmu pengetahuan Islam perlu didahulukan. Karena, dengan itu, Muslim dapat melakukan proses adapsi dan bukan adopsi buta terhadap konsep-konsep dari ilmu pengetahuan asing tersebut. Jika proses itu di balik, yang terjadi bukan mengembalikan kejayaan peradaban Islam, tapi justru menjadikan peradaban Islam terpuruk di bawah hegemoni pengetahuan asing seperti saat ini.
Cendekiawan Muslim tidak dapat melakukan hal itu, kecuali menguasai ilmu pengetahuan Islam dan juga ilmu pengetahuan asing, baik dari Barat, China, Jepang maupun yang lainnya. Namun, penguasaan ilmu pengetahuan Islam perlu didahulukan. Karena, dengan itu, Muslim dapat melakukan proses adapsi dan bukan adopsi buta terhadap konsep-konsep dari ilmu pengetahuan asing tersebut. Jika proses itu di balik, yang terjadi bukan mengembalikan kejayaan peradaban Islam, tapi justru menjadikan peradaban Islam terpuruk di bawah hegemoni pengetahuan asing seperti saat ini.
Jadi, hanya ada satu solusi untuk mengembalikan kejayaan peradaban Islam
di masa sekarang, yaitu membangun kembali kejayaan tradisi intelektual / keilmuan.
Itu menjadi PR bagi kita semua generasi muslim yang hidup pada saat ini. Karena kejayaan tradisi intelektual /
keilmuan Islam sama dengan kejayaan Peradaban Islam.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Buku Filsafat Sains Menurut Al –Qur’an
karangan Dr. Mahdi Ghulsyani
2.
Hidayatullah.com – Situs Islam Pembela
umat
3.
Insistsnet.com – Peradaban Ilmu - Hamid Fahmi Zarkasyi
4.
The Enlightenment of Islamic
Civilization – Transmigrasi ilmu dari Dunia Islam ke Eropa – Dr. Syamsuddin
Arif
5.
Republika.co.id – Peradaban Islam adalah
Peradaban ilmu - Hamid Fahmi Zarkasyi
6.
Rihlah Peradaban – Prof. Laode M.
Kamaluddin, Ph.D & Ahmad Mujib, MA
7.
Krisis Epistemologi dan Islamisasi Ilmu
– Centre for Islamic and Occidental Studies – Adnin Armas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar