PENTINGNYA BENCHMARK
: SULTAN MUHAMMAD AL-FATIH
Benchmark dalam kamus bahasa Inggris-Indonesia bermakna tolak ukur, standar, teladan, atau dengan kata
lain adalah sosok yang menjadi inspirasi dan parameter bagi kita
dalam menjalani kehidupan. Sering kita bisa cepat mengetahui pribadi seseorang
hanya dengan melihat siapa benchmark-nya.
Benchmark sangat penting, dan
sebaik-baik benchmark adalah
Rasulullah Muhammad SAW. Sosok yang kelahirannya dirindukan masyarakat dunia
selama berabad-abad sepanjang sejarah peradaban umat manusia. Sosok yang
dirindukan tujuh lapis surga. Sosok yang menginspirasi bukan saja
sahabat-sahabatnya, tapi juga musuh-musuhnya. Sosok yang diutus Allah untuk membebaskan
dunia dari kegelapan dan kesesatan menuju cahaya. Sosok yang kehadirannya
menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Dalam tulisan ini, saya ingin sedikit menyampaikan
pengaruh Nabi Muhammad saw sebagai benchmark
bagi kehidupan seseorang (Sejauh pengetahuan dan pemahaman saya saja) melalui
sosok pemimpin besar dalam sejarah peradaban Islam, Muhammad Al-Fatih. Al-Fatih
adalah sosok yang sangat terinspirasi oleh Nabi Muhammad saw. Beliau sangat
mengidolakan Nabi dan ingin menirunya dalam setiap detail kehidupannya. Beliau
mengerahkan segala daya dan upaya, mewakafkan harta, tenaga, pikiran, dan
bahkan nyawanya demi kecintaannya pada Nabi. Sebagai akibatnya, Al-Fatih
berhasil mencapai kesuksesan-kesuksesan besar dalam sejarah yang belum pernah dicapai
oleh orang-orang sebelumnya. Beliau adalah sosok yang berhasil membuktikan
hadist Nabi tentang penaklukan Konstantinopel yang terkenal adidaya dengan
militer terbaik di dunia pada waktu itu. Al-Fatih berhasil merobohkan mitos
bahwa tembok Konstantinopel tidak bisa ditembus. Begitulah benchmark berperan besar bagi kehidupan seseorang. Al-Fatih telah
tepat memilih benchmark-nya,
sebaik-baik manusia, Nabi Muhammad saw.
Elaborasi
Singkat Kepribadian Sultan Muhammad Al-Fatih (1429-1481)
Nama aslinya Muhammad II (Sultan Mehmed II). Al-Fatih adalah gelar yang diberikan kepadanya setelah berhasil membebaskan Konstantinopel
pada tahun 1453. Beliau adalah
keturunan ketujuh dari keluarga Utsman yang mendirikan Turki Utsmani. Beliau membebaskan Konstantinopel pada usia 22
tahun dan berhasil mengubah wajah Konstantinopel yang sudah
tua dan lemah kembali menjadi nadi utama peradaban dunia. Beliau melaksanakan
tugas kepemimpinan dengan cemerlang, menertibkan administrasi negara,
menguatkan ekonomi dan perdagangan, meningkatkan pendidikan dan tradisi
keilmuan, mengembangkan kesenian dan sastra, dan menguatkan militer negara.
Beliau adalah pemimpin yang sangat berhasil menciptakan harmoni di dalam masyarakat
dengan toleransi antar umat beragama. Dibawah kepemimpinannya, beliau mengayomi
seluruh umat non-muslim sama baiknya dalam mengayomi muslim. Beliau menegakkan
keadilan di seluruh penjuru kekuasaannya.
Sejak kecil, Al-Fatih telah menunjukkan
potensi yang besar dalam dirinya. Orang
tuanya sangat concern mengupayakan
pendidikan yang berkualitas bagi dirinya. Beliau kemudian dididik oleh
guru-gurunya, yang merupakan ulama-ulama terbaik di zamannya. Di antara
guru-gurunya, yang paling terkenal dalam membentuk kepribadian Al-Fatih adalah
Syekh Aaq Syamsuddin dan Syaikh Ahmad Al-Kurani. Berkat pendidikan yang baik
itu, Al-Fatih
berhasil menghafal al-Qur’an pada usia 8 tahun. Sejak
kecil beliau telah akrab dengan pribadi Nabi dan para sahabat karena secara kontinyu
terus diajarkan sirah Nabi & sahabat. Beliau bahkan selalu diafirmasi oleh
gurunya bahwa dialah sosok yang diwartakan Nabi dalam penaklukan
Konstantinopel. Hal ini berpengaruh besar terhadap dirinya, dan di kemudian
hari mengantarkannya menjadi pemimpin besar Islam yang sangat disegani. Al-Fatih
juga sangat mahir dalam ilmu bahasa. Pada usia 17 tahun beliau sudah menguasai bahasa Turki,
Arab dan Persia. Beliau Juga
fasih dalam percakapan dengan bahasa Perancis, Yunani, Serbia, Hebrew, dan
Latin. Beliau mempelajari ilmu agama secara mendalam seperti
al-Qur’an, kebudayaan Islam dan Fiqh. Beliau juga sangat
mumpuni di bidang sejarah, geografi, sastra, seni, teknik terapan dan Militer. Semua pencapaian ini didorong oleh rasa cintanya yang
luar biasa pada benchmark-nya, Nabi
Muhammad saw.
Saking cintanya kepada Nabi, beliau ingin men-copast kepribadian Nabi secara utuh.
Itulah alasan mengapa beliau tidak pernah absen satu malampun untuk
melaksanakan shalat tahajjud sejak usia baligh
hingga wafatnya. Padahal tahajjud bagi Nabi adalah wajib, dan bagi kita umatnya
adalah sunnah. Beliau adalah seorang pemimpin yang sangat
saleh dan bertaqwa kepada Allah. Energi
besar ini ada pada diri Al-Fatih karena benchmark-nya,
Nabi Muhammad saw. Subhanallah..^^
Felix Y. Siauw dalam bukunya Muhammad
Al-Fatih 1453 menjelaskan bahwa Al-Fatih adalah potret seorang pemimpin yang selalu bersikap see beyond the eyes can see, melihat
lebih dari apa yang dilihat oleh mata. Di
masanya, seluruh dunia mengetahui bahwa tembok pertahanan Konstantinopel
tak pernah berhasil ditembus. Siapapun yang ingin menaklukannya
selalu menuai pahitnya kegagalan. Hal ini terus terjadi selama ribuan tahun dalam
sejarah panjang Konstantinopel. Tapi bagaimanapun, Al-Fatih tetap
yakin bahwa beliau dan pasukannya dapat
menembus tembok benteng pertahanan Konstantinopel betapapun beratnya ujian yang
harus dihadapinya. Cintanya kepada Nabi
meyakinkan dirinya bahwa dialah ahli
bisyarah, yang telah dikabarkan Nabi 800 tahun sebelumnya, bahwa :
“Konstantinopel
benar-benar akan ditaklukkan. Sebaik-baik pemimpin adalah orang yang memimpin
penaklukannya dan sebaik-baik tentara adalah tentara yang menaklukannya”[1]
Kecintaan dan keyakinanannya pada kebenaran sabda Nabi
menguatkan tekadnya. Beliau tidak dapat ditipu oleh kokohnya tembok
Konstantinopel. Beliau melihat apa yang tidak dilihat oleh kebanyakan orang.
Dan akhirnya, karena kesalehan, ketawaduan, ketaqwaan, kerja keras dan
keyakinannya, beliau dianugerahi nikmat besar sebagai orang yang membuktikan
sabda Nabi tersebut, 800 tahun kemudian. Namanya menggema di seluruh penjuru
dunia.
Begitulah Al-Fatih, dengan prestasi cemerlangnya yang menggema di Barat dan di Timur, beliau selalu rendah hati di hadapan
manusia sebagaimana Nabi Muhammad dalam peristiwa Fathul Makkah. Beliau berlaku lembut dan penuh
toleransi kepada mereka yang bukan muslim. Prasangka
warga Konstantinopel bahwa mereka akan dijarah, bahkan dibantai setelah
penaklukan sama sekali tidak terjadi. Beliau justru mengizinkan setiap warga
untuk pulang ke rumahnya masing-masing, melindungi harta bendanya, dan bebas
menjalankan keyakinan agamanya tanpa takut diganggu sama sekali. Beliau
menegakkan masyarakat yang adil makmur di seluruh wilayah kekuasaannya. Beliau
benar-benar meneladani Nabi. Karena keutamaan inilah, penduduk
Konstantinopel akhirnya berbondong-bondong
masuk Islam. Al-Fatih adalah teladan kepemimpinan yang
meniru kepemimpinan terbaik, Nabi Muhammad saw. Al-Fatih memiliki benchmark terbaik, Nabi Muhammad saw, Sang
Cahaya Abadi Kebanggaan Umat Manusia. Beliau sangat mencintai dan selalu
berusaha meneladaninya. Itulah kunci sukses Muhammad Al-Fatih Sang Pembebas Konstantinopel.
***
Al-Fatih hanyalah satu contoh betapa benchmark sangat mempengaruhi pencapaian seseorang. Masih banyak
pemimpin besar Islam lainnya yang juga cemerlang seperti dirinya karena telah memilih
Nabi sebagai benchmark dalam
hidupnya. Mereka adalah Salahuddin Al-Ayubi, Umar Bin Abdul Aziz, Abdurrahman
Ad-Dakhil, Al-Mansur, Harun Al-Rasyid, dll. Ulama-ulama cemerlang dalam sejarah
Islampun melakukan hal yang sama. Mereka menuai kemuliaan di dunia dan
–insyaallah- di akherat.
Jadi, sudahkan kita menentukan dengan segenap kesadaran
siapa sosok yang kita pilih sebagai benchmark..??
Fenomena Al-Fatih adalah pelajaran berharga, contoh pribadi mulia yang telah
dengan sangat tepat memilih siapa benchmark-nya.
Sudahkah kita memilih Nabi sebagai benchmark
dengan segenap kesadaran, kecintaan, dan ketulusan dan mencoba meneladaninya
dengan sepenuh hati dalam setiap laku kita..?? Kehidupan menawarkan begitu
banyak pilihan. Siapa benchmark kita
adalah cermin siapa diri kita, apa visi kita bagi kehidupan yang kemudian akan menentukan
peran dan kiprah kita di muka bumi. Nabi Muhammad saw adalah garansi dari Yang
Maha Terpercaya, Allah SWT, yang berfirman “Sungguh telah ada
pada diri Rasulullah suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”[2] Karena kemuliaannya,
para filosof, pemimpin besar, dan intelektual sepanjang zaman berjajar rapi
di belakangnya[3]. Nabipun
bersabda “Sesungguhnya aku diutus untuk
menyempurnakan kemuliaan akhlak.”[4]
Dan Allah menggenapkannya dengan firman-Nya “Tidaklah
Aku mengutusmu (wahai Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi alam semesta.”[5]
Keteladanan Nabi telah melahirkan sosok-sosok cemerlang
dalam sejarah Islam dan dunia. Abu Bakar ra, Umar bin Khattab ra, Utsman bin
Affan ra, Ali bin Abi Thalib karamallah
wajhah, Abu Ubaidah Al-Jarrah ra, Khalid bin Walid ra, Sa’ad bin Abi Waqqas
ra, Hamzah bin Abdul Muthalib ra, Bilal ra, Abdurrahman bin Auf ra, Tsaubah ra,
Sawad bin Ghaziyyah ra, Khubaib ra, Sumayyah ra, Sumaira ra, Salim ra, Abu
Hurairah ra, Abu Dzar Al-Ghifari ra, Salman Al-Farisi ra, Abdullah bin Mas’ud,
Zaid bin Tsabit, Anas bin Malik ra, Anas bin Nadhr ra, Ka’ab bin Malik ra, Usamah
bin Zaid ra, Abu Hudzaifah ra, Amar bin Yasir ra, Abu Said Al-Khudri ra, Abu
Ayub Al-Anshari ra, dan sahabat-sahabat Nabi yang lain yang tidak mungkin
disebutkan satu persatu namanya disini. Mereka adalah sebaik-baik generasi
karena begitu dekat dan cintanya kepada Nabi.
Keteladanan Nabi juga mengispirasi begitu banyak manusia
modern di luar Islam seperti Mahatma Gandhi dan Napoleon Bonaparte[6].
Keteladanan Nabi bahkan telah banyak membuat para ahli di luar Islam memeluk
Islam seperti Prof. Keith Moore dari Kanada yang ahli Anatomi, dan
rekan-rekannya. George Benard Shaw yang bukan seorang muslim, dengan jujur
menyatakan “Betapa amat membutuhkannya
era kita ini kepada sosok seperti Muhammad. Sosok yang mampu memecahkan semua
masalah yang dihadapinya seringan menyeruput secangkir kopi.”
Dengan keteladanannya, Nabi dicintai dan dibanggakan
semua manusia, baik kawan maupun lawan. Orang-orang yang tidak mengimani
ajarannyapun tetap mengakui kemuliaan akhlak dan teladan yang ada padanya.
Adapun mereka yang membenci Nabi, semata-mata karena ketidaktahuan mereka akan
pribadi Nabi yang mulia. Nah, bukankah ini adalah peluang yang baik untuk
kita..?? Dengan mencoba meneladani (sedikit demi sedikit, setahap demi setahap,
sayapun masih sangat jauh berproses >,<) dan menjadikan beliau sebagai
tolak ukur dari segala perasaan, pikiran, tindakan dan keputusan, kita bisa
kembali menghidupkan spirit Nabi
Muhammad saw di zaman ini. Sehingga dengannya, pertama, kita bisa ikut andil menciptakan dunia yang
lebih baik dalam dimensi rahmatan lil
alamin. Kedua, orang-orang yang tidak mengenal Nabi akan bisa mengenal Nabi
dengan perantara kita, akhlak kita, dan kepribadian kita sebagai seorang muslim.
Sehingga mengertilah umat manusia, bahwa Muhammad adalah benar, akhlaknya
adalah akhlak terbaik, dan ajaran yang dibawanya adalah benar dan
menyempurnakan ajaran-ajaran sebelumnya.
Di era informasi di abad 21 ini, masing-masing kita bisa
menjadi PR (Syiar) bagi pribadi Nabi Muhammad saw. Dunia tidak lagi bisa
dikerangkeng dan dibendung dalam belenggu kebodohan akan pribadi Nabi Muhammad
saw. Derap manusia untuk mengenal pribadi Nabi yang sesungguhnya akan mengalir
deras di abad ini. Semakin Nabi dipojokkan oleh orang-orang yang tidak tahu
(Saya memilih diksi “Tidak tahu” karena Nabi selalu berdoa agar Allah tidak
mengadzab umatnya yang memerangi dirinya dengan kata-kata “Wahai Allah, ampunilah kaumku karena mereka tidak mengetahui”[7])
semakin orang-orang di seluruh penjuru dunia ingin mengetahui pribadi Nabi yang
sesungguhnya[8].
Inilah peluang bagi kita untuk mem-PR-kan
spirit Nabi di zaman ini. Tapi
sebelumnya, kita harus mulai dari masing-masing kita sebagai individu. Pertama,
jadikan Nabi sebagai benchmark, sebenar-benar
benchmark. Selanjutnya, kita harus
menetapkan hati untuk terus hijrah, hijrah, dan hijrah apapun taruhannya.
Memperbaiki diri, memperbaiki akhlak. Karena hidup adalah hijrah tiada henti. Demi
Allah, demi Rasulullah.
“Ada
tiga hal yang bila terdapat pada diri seseorang ia akan merasakan manisnya
iman. Menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya,
mencintai seseorang karena Allah, dan benci kembali kepada kekafiran
sebagaimana ia benci untuk dilemparkan kepada neraka.”[9]
Would u take this honour please... ?!!
Wallahua’lam
Bissawwab...
Referensi :
1. Gulen, Fethullah (2012). Muhammad saw Cahaya Abadi Kebanggaan
Umat Manusia. Jakarta : Republika.
2.
Fuad Abdul Baqi, Muhammad (2011). Al-Lu’lu wa Al-Marjan. Jakarta : Umul
Qura.
3.
Khaled, Amr (2010). Buku Pintar Akhlak. Jakarta : Zaman.
4.
Siauw, Felix (2011). Muhammad Al-Fatih
1453. Jakarta : Khilafah Press.
5. Ash-Shalabi, Ali Muhammad (2011). Sultan
Muhammad Al-Fatih Penakluk Konstantinopel. Solo : Pustaka Arafah.
[1] HR.
Bukhari, Ahmad, dan Al-Hakim
[7] Seandainya Nabi tidak dengan
santun menyebut mereka “orang yang tidak mengetahui”, saya pasti sudah memilih
kata “Bodoh” untuk menyebutnya. Tapi begitulah akhlak Nabi,
begitu santun bahkan pada mereka yang menyakitinya. (Bagaimana mungkin saya
menyebut mereka “Bodoh”, sedang Nabi hanya menyebut mereka “Tidak mengetahui”).
Diceritakan oleh Fetullah Gulen dalam sirahnya, “Dalam perang Uhud, Rasulullah
terluka dan giginya patah. Bahkan ada dua mata rantai topi besi Rasulullah yang
menancap di wajah beliau hingga berdarah. Tapi karena Rasulullah adalah rahmat
bagi alam semesta, beliaupun segera melepas baju besinya seraya berseru kepada
Allah “Wahai Allah, ampunilah kaumku
karena mereka tidak mengetahui (Al-Bukhari, Al-Anbiya, 54. Muslim,
Al-Jihad, 101-105.” (Muhammad saw Cahaya
Abadi Kebanggaan Umat Manusia, hal.83)
[8] Perspektif Prof. Laode M.
Kamaluddin,Ph.D waktu saya bertanya kepada beliau apa pendapat beliau tentang
film Innocence of Moslem (Dulu pas
lagi rame-ramenya). Beliau waktu itu menjawab “Positifnya, orang-orang
diseluruh penjuru dunia akan penasaran dan mencari tahu pribadi Nabi yang
sesungguhnya, mereka akan bertanya bagaimana mungkin orang yang dicitrakan
begitu buruknya bisa dibela oleh begitu banyak pengikutnya di seluruh penjuru
dunia, bahkan mereka rela mati demi membelanya. Pastilah Muhammad adalah
pribadi yang luar biasa.” Kata Prof, saat itulah kebenaran pribadi Muhammad
akan tersebar luas & mengalir deras tanpa bisa dibendung.
Terimakasih banyak, Prof.. Telah menyadarkan aku untuk memilih Muhammad saw sebagai benchmark dalam hidupku. Barakallah ^^
Terimakasih banyak, Prof.. Telah menyadarkan aku untuk memilih Muhammad saw sebagai benchmark dalam hidupku. Barakallah ^^
bagaimana caranya mencintai Rasulullah?
BalasHapusMakasih komentarnya Adek.. :))
HapusKonon, "Tak kenal maka tak sayang". Jadi, cara terbaik mencintai Rasulullah, insyallah ya dengan mencoba mengenal beliau sedalam-dalamnya. Cara mengenal beliau ya dengan banyak baca kisah2 beliau (banyak sekali ditulis dalam sirah nabawiyah). Mulai biasakan baca yaa.. sehari berapa lembar sesuai kemampuan asal konsisten, insyaallah. Gudluck my dear ^^
Assalamu'alaiku,,,terimkasih mba telah berbagi ilmu,,,saya boleh bertanya, setelah kita paham dan banyak membaca,terkadang susah untuk mengaplikasikannya,,,bagaimana caranya ya mba.... ? :)
BalasHapusYang ditanya tidak lebih baik implementasinya daripada yang bertanya :))
HapusYang penting saling support dan mengingatkan aja ya dek.. ^^
You will like it to enjoy our new app Credit Card Revealer Apk : which you could download and enjoy loose.
BalasHapus