"Oh Allah, teach me to love others just like i love
myself, teach me to judge myself just like i judge others. And if i have
wronged anyone, give me the courage to apologize, and if anyone wronged me,
give me the courage to forgive. Because You have taught me that forgiveness is
the highest level of strength and revenge is the highest level of weakness. And
i ask You not to forget me in Your forgiveness"
-Come Towards Allah Come Towards Success-
Sejenak mari kita renungkan,
kapan kita mulai belajar shalat..?? Sudah lama sekali kita belajar shalat,
sejak balita, mungkin. Kapan kita mulai hafal doa iftitah “Allahu Akbar
kabiro wa a-lhamdulillah katsiro wa subhannallah bukrata wa asila. INNI
WAJJAHTU WAJHIYA LI ALLADZI FATARA AS-SAMAAWAAT WA AL-ARD. Hanifa muslima wa ma
ana min al-musyrikin. Inna salati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi Rabb
al-alamin. La syarika lahu wa bi dzalika umirtu wa ana min al-muslimin”.
Ah, lagi-lagi ini bukan tulisan berat khas kaum akademisi yang penuh dengan teori dan data. Ini hanyalah sebuah tulisan kecil, tentang perjalanan hidup, tentang kegelisahan hati, tentang hakekat kehidupan. tentu saja dari perspektif seorang awam yang jauh dari alim. Seorang awam yang sangat butuh uluran tangan hamba-hamba Allah yang alim saleh agar dia bisa berjalan melewati kehidupan dunia ini dengan selamat.
Sungguh baru akhir-akhir ini aku
sedikit terbuka untuk memahami makna dari Inni wajjahtu wajhiya li alladzi
fatara as-samaawaat wa al-ard yang artinya kurang lebih aku
menghadapkan wajahku kepada (Allah) yang menghamparkan langit dan bumi.
Tentu hanya sebuah pemahaman yang dangkal. Dan menurut pemahamanku yang dangkal
itu, arti dari kalimat Inni wajjahtu wajhiya li alladzi fatara as-samaawaat
wa al-ard adalah memfokuskan diri hanya kepada Allah. Kalimat itu
akrab kita rapalkan minimal 5x dalam sehari. Tapi apakah sampai ke hati..??
Untuk diriku tidak. Buktinya
selama ini hatiku terus saja sibuk dengan segala urusan. Jangan ditanya apakah
hati ini fokus kepada Allah..?? Sungguh terlalu banyak fokus : alias tidak
fokus. Saking banyaknya fokus hati ini jadi hilang kompas, disorientasi. Walhasil,
kalimat iftitahku seolah hanya mantra, hanya ritual. Pasti ada yang salah
dengan shalatku. Astagfirullah...
Hati ini, sungguh mudah sekali
dikendalikan dan disetir oleh dunia. Dimanakah jejak ikrar Inni wajjahtu
wajhiya li alladzi fatara as-samaawaat wa al-ard yang selalu aku
baca selepas takbirotul ikhram..?? Entahlah. Saat mendapat kesenangan,
sering diri ini khilaf, lalai, lupa. Saat mendapatkan kesulitan hidup, saat
harus berurusan dengan manusia-manusia ‘menyebalkan’ yang mengusik hidup. Saat
satu atau dua orang hadir dan berulah : menyalahi, menyakiti, mengganggu,
menghina, mencaci maki, meremehkan, seketika itu juga fokus hati ini bergeser.
Kemudian Allah, entah aku beri tempat dimana. Hati tiba-tiba terasa remuk
redam, marah, sakit, merana, kecewa, bimbang dan gelisah. Oh Allah, mudah
sekali fokus hati ini digeser oleh dunia.
Aku ingat dulu Kangjib pernah
berkisah tentang Sahabat Ali bin Abi Thalib Karamallah Wajhahu. Waktu
itu beliau bertarung di medan perang dan nyaris berhasil membunuh musuhnya saat
tiba-tiba sang musuh meludahi wajah beliau yang mulia. Seketika itu, Sahabat
Ali segera menyarungkan pedangnya dan melenggang pergi, melepaskan musuhnya
begitu saja dan tak jadi membunuhnya. Merasa penasaran dengan tindakan Sahabat
Ali, sang musuh bertanya “Kenapa kau tak jadi membunuhku padahal kau bisa
dengan sangat mudah melakukannya..??” Sahabat Ali menjawab “Jika tadi
aku membunuhmu, niscaya aku tidak membunuhmu karena Allah. Tadi aku marah
karena engkau ludahi. Jika aku membunuhmu, pasti aku membunuhmu karena
kemarahanku, dan bukan karena Allah. Maka dari itu aku tak mau membunuhmu.”
Sungguh betapa luar biasa upaya
Rasulullah saw dan para sahabat dalam menjaga fokus hatinya semata-mata hanya
kepada Allah. Dengan berfokus kepada Allah dan keteguhan hati yang sekuat baja,
urusan-urusan dunia menjadi remeh di mata mereka. Segala dinamika dunia, entah
senang atau susah hanya menjadi wasilah mereka untuk menunjang fokus
hidupnya, yaitu meraih ridho Allah. Hati mereka menjadi selapang samudera
bahkan lebih lapang lagi. Mereka begitu ringan menjalani kehidupan meski harus
berkawan dengan derita dan rasa sakit.
Saat fokus seseorang hanyalah
Allah, maka semua yang dia lihat adalah Allah, semua yang dia rasakan
adalah Allah, semua yang dia indera adalah Allah. Allah, Allah, dan Allah saja.
Semua Allah. Akhirnya, setiap jengkal kehidupannya menjadi wasilah
untuk menuju Allah, meraih ridho dan rahmat-Nya. Maka di hadapan matanya tidak
ada yang buruk dalam kehidupan. Semuanya hikmah, semuanya rahmat. Sungguh indah
hidup orang-orang yang hatinya fokus kepada Allah.
Sedang aku, berapa banyak
manusia telah aku sakiti karena ucapan dan perbuatanku..?? Berapa banyak
kesalahan sudah aku buat kepada orang lain..?? berapa banyak urusan-urusan
duniawi sudah menggeser fokusku dari Allah..?? Sungguh memalukan. Jika ada
manusia paling memalukan itu adalah aku. Jika ada manusia paling rusak itu
adalah aku. Jika ada manusia paling kotor itu adalah aku. Jika ada manusia
paling bersalah itu adalah aku. Semua keburukan itu, sungguh milikku.
Tapi memang dasar diriku...!!!
Ada seorang gadis cemburu buta padaku, aku gregetan kepadanya, marah, jengkel,
dongkol, risih dan merasa sangat terganggu. Saat aku disalahi orang aku
menyalahkannya, memprotesnya, menghujatnya. Meskipun akhirnya memaafkan, nyeri
di hati tak kunjung hilang. Silaturahmi tak kunjung tersambung kembali.
Keangkuhan diri masih saja mendominasi. Saat aku merasa terdzolimi, aku
mencari-cari dalil dari para motivator ternama, bahwa kesalahan ibarat
paku, paku yang sudah ditancapkan mungkin bisa dicabut kembali, tapi bekasnya
tak akan pernah hilang. Begitu juga luka hati ini, semua tak akan pernah sama
seperti sebelum ia terluka. Ahhh.. pandai sekali aku mencari pembenaran..!!!
Nyaman sekali aku dengan rasa sakitku sehingga aku terus mencari-cari alasan,
pemakluman dan dukungan untuk melegitimasi keadaanku. Betapa sempitnya hatiku
ini. Jika hati ini tidak bisa aku lapangkan, apa guna al-Qur’an diturunkan..???
Apa guna Rasulullah Muhammad saw diutus..???
Memang benar bahwa rasa sakit
itu manusiawi, patah hati itu manusiawi, terluka itu manusiawi. Semua itu
merupakan reaksi spontan saat kita tersakiti karena dada kita toh memang tak
pernah dibedah oleh Malaikat Jibril untuk dibersihkan dari segala kotoran. Tapi
fokus kepada Allah dan petunjuk Rasulullah saw adalah obat yang tidak diragukan
khasiatnya. Ia bisa mengobati hati paling sempit dan menjadikannya selapang
samudera, bahkan alam semesta, bahkan lebih lapang lagi.
Saat hati kita fokus kepada
Allah, kita akan rela melakukan apa saja yang bisa membuat Allah senang,
bahagia, bangga dan ridho. Tujuan hidup ini, bukankah hanya untuk membahagiakan
Allah dan Rasul-Nya saja dengan jalan apapun yang bisa kita tempuh..??
Berat..?? Pasti. Susah..?? Tentu. Tapikan ingin Allah dan Rasul-Nya
bahagia..??? Iya. Terus..?? ihhh, pokoqnya ga mudah. Iya, tapi untuk
Allah dan Rasul-Nya masa susah..??. Oh, jika memang begitu beratnya, berarti
hati ini memang belum fokus kepada Allah saja dan masih diganduli
urusan-urusan di luar itu.
Oh, ternyata bagi hati yang
fokus hanya kepada Allah, kesalahan orang lain dan rasa sakit kita bisa menjadi
wasilah untuk membuktikan kepada Allah bahwa Dia adalah satu-satunya
orientasi dalam hidup kita, tidak ada yang lainnya. buktinya, saat kita
disalahi oleh orang lain –misal- “Baiklah, aku maafkan meskipun berat, ini
semua karena Allah, maka aku rela. Untuk Allah dan Rasul-Nya, aku maafkan semua
salahmu, aku redam amarahku, aku bunuh kecewaku. Semua karena Allah dan
Rasul-Nya. Aku tahu ini bisa membuat Allah dan Rasul-Nya senang, bahagia,
bangga dan ridho maka aku lakukan, aku tempuh jalan ini meskipun beratnya bukan
main karena pertama-tama aku harus bertarung melawan diri sendiri terlebih
dahulu. Jika bukan karena Allah dan Rasul-Nya, niscaya aku tak sudi. Aku
memaafkanmu tanpa syarat karena Allah”
Saat Allah menjadi fokus hidup
kita, semua masalah yang muncul dalam kehidupan tak ubahnya makhluk-makhluk
utusan Allah yang bersileweran, dikirim oleh Allah untuk menguji kita.
Makhluk-makhluk itu bisa kita manfaatkan untuk meraih ridho dan rahmat Allah
jika kita memahami. Semua, toh, akan berlalu. Yang terpenting adalah
bagaimana kita bisa melewati setiap dinamika kehidupan sesuai dengan yang
dikehendaki Allah. Yang sekiranya membuat Allah dan Rasulullah senang, bahagia,
bangga, dan ridho kepada kita. Jika Allah menjadi fokus kita tidak akan ada
yang terlalu berat, semua menjadi lebih ringan dan mudah. “Sakit hatiku
biarkanlah, berat hati dan luka ini biarkanlah, semua biarkanlah, asal Allah
dan Rasulullah saw senang, bahagia, bangga dan ridho kepadaku.”
Baru aku tahu bahwa kesabaran
tak ada batasnya, karena lapangnya hati juga tak ada batasnya. Semoga Allah
senantiasa memberi kita kekuatan untuk memfokuskan diri semata-mata hanya
kepada Allah. Sungguh, dunia ini tak ubahnya sebuah medan dimana-mana ranjau.
Kemanapun kaki ini melangkah ia bisa saja terluka dan celaka. Dunia menawarkan
gemerlap kehidupan yang setiap saat berpotensi menggeser fokus hati kita dari
Allah entah berupa kesenangan atau kesakitan, sama saja. Maka, mari kita
lepaskan segala beban di hati, segala rasa sakit, segala kebencian. Mari kita
maafkan setiap manusia, apapun kesalahannya tanpa syarat. Dengan itu kita
berharap bahwa Allah juga akan mengampuni segala kesalahan kita, segala dosa,
segala aib yang telah kita lakukan. Dengan itu kita mengharap kasih sayang
Allah.
Wahai Allah, detik ini
saksikanlah, bahwa kelak di hari kiamat tidak ada satupun manusia menjadi
seteruku, karena aku membebaskan mereka semua dari fitnahku, dari
kesalahan-kesalahan horizontal yang mereka perbuat kepadaku. Aku maafkan semuanya,
aku ampuni semuanya. Semoga dengannya Engkaupun mengampuniku dan menghapus
kesalahan-kesalahanku kepada manusia. Bagaimana aku memiliki daya untuk tidak
mengapuni hamba-Mu, sedang aku selalu membutuhkan ampunan dari-Mu..??
Wahai Allah, penuhilah hati kami
dengan rasa cinta sehingga tak ada ruang untuk rasa benci. Jadikan (urusan)
dunia di tangan kami, bukan di hati kami. Jika jarak surga dan neraka hanya ada
di hati, sungguh kami takut karena Engkau maha mengetahui segala isi hati.
La haula wa la quwwata illa
billah al-aliy al-adzim...
Sikap zuhud terhadap dunia adalah salah bagian bagaimana kita secara tidak langsung mencintai Allah secara utuh. Karena dengan zuhud, kita akan selalu mengedepankan nilai-nilai ukhrowi di dalam menjalankan kehidupan dunia. Kita bekerja dengan niat ibadah akan terasa bernilai daripada bekerja dengan niat dunia. Kita menulis/mengarang buku/kitab dengan niat Li I'lai Kalimatillah akan terasa berguna/barokah daripada dengan niat ingin terkenal/dikenal. Sebab zuhud tidak harus membenci dunia, akan tetapi zuhud adalah bagaimana kita memiliki dunia tapi kita tidak mencintainya. Nabi Muhammad saw. pernah ditanya salah seorang sahabat " Ya Rasulullah, amal apa yang dapat mendekatkanku kepada Allah dan manusia, beliau menjawab "Zuhudlah kamu terhadap dunia"
BalasHapusعَنْ أَبِي الْعَبَّاس سَهْل بِنْ سَعْد السَّاعِدِي رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : ياَ رَسُوْلَ اللهِ دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلْتُهُ أَحَبَّنِيَ اللهُ وَأَحَبَّنِي النَّاسُ، فَقَالَ : ازْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبُّكَ اللهُ، وَازْهَدْ فِيْمَا عِنْدَ النَّاسِ يُحِبُّكَ النَّاسُ . )حديث حسن رواه ابن ماجة وغيره بأسانيد حسنة(
Dari Abu Abbas Sahl bin Sa’ad Assa’idi ra. dia berkata : Seseorang mendatangi Rasulullah saw., dan bertanya : Wahai Rasulullah, tunjukkan kepadaku sebuah amalan yang jika aku kerjakan, Allah dan manusia akan mencintaiku, maka beliau bersabda: Zuhudlah terhadap dunia maka engkau akan dicintai Allah dan zuhudlah terhadap apa yang ada pada manusia maka engkau akan dicintai manusia. (Hadits hasan riwayat Ibnu Majah dan lainnya)
Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang selalu berusaha mendekat kepada Allah, dengan menjalani kehidupan tanpa melupakan-Nya.
"Ingatlah Allah dimana kamu berada, Pasti Allah akan selalu mengingatmu dimana kamu berada"(al-hadits)
Terimakasih tambahan ilmunya Mas Saifur Ashaqi. Sangat bermanfaat inshaallah.
HapusSemoga kita termasuk hamba-hambaNya yang mampu menjalani kehidupan sebagaimana dikehendaki oleh-Nya, mendapat ridho dan rahmat-Nya. Amin...